Jangan Menuduh Alloh
٢٩ - طَلَبُكَ مِنْهُ اِتِّهَامٌ لَهُ وَطَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ وَطَلَبُكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَّةِ حَيَائِكَ مِنْهُ وَطَلَبُكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجُوْدِ بُعْدِكَ عَنْهُ
29. "Permintaanmu dari Alloh mengandung pengertian menuduh Alloh, khawatir tidak memberimu. Dan engkau memohon kepada Alloh supaya mendekatkan dirimu kepada-Nya, berarti engkau masih merasa jauh dari pada-Nya. Dan engkau memohon kepada Alloh untuk mencapai kedudukan dunia dan akhirat, membuktikan tiada malunya engkau kepada-Nya, dan permohonanmu kepada sesuatu selain dari Alloh menunjukkan engkau jauh dari pada-Nya."
Permohonan seorang hamba kepada Alloh terbagi dalam empat macam, dan kemudian kesemuanya itu tidak tepat bila diteliti dengan seksama dan mendalam.
Permintaan kepada Alloh mempunyai pengertian menuduh, sebab sekiranya ia percaya bahwa Alloh akan memberi tanpa minta, ia tidak akan minta, disebabkan karena khawatir tidak diberi apa yang dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau menyangka Alloh melupakannya, dan lebih jahat lagi bila ia merasa berhak, tetapi oleh Alloh belum juga diberi. Dan permintaanmu untuk taqarrub, menunjukkan bahwa engkau merasa ghaib dari pada-Nya. Sedang permintaanmu sesuatu dari kepentingan-kepentingan duniawi membuktikan tiada malunya engkau dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau malu dari Alloh tentu tidak merasa ada kepentingan bagimu selain mendekat kepada-Nya. Sedang bila engkau minta dari sesuatu selain Alloh, membuktikan jauhmu dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau mengetahui bahwa Alloh dekat kepadamu, tentu engkau tidak akan meminta selain kepada-Nya. Kecuali permintaan yang semata-mata untuk menurut perintah Alloh, karena hanya inilah yang benar.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Dalam perjalanannya menuju Allah Ta’ala, seorang murid harus sibuk melakukan amal² shaleh yg diridhai Tuhannya. Hatinya tidak boleh sibuk mencari sesuatu yg lain karena itu tercela dan bisa memutus jalannya menuju Allah Ta’ala.
Bila kau meminta kepada Allah Ta’ala agar Dia memberimu rezeki dan makanan yg dapat membantumu berjalan atau agar Dia meluaskan rezekimu, sama dengan menuduh-Nya tidak pernah memberimu rezeki. Jika kau percaya bahwa Dia Maha Mengetahui kebutuhanmu dan Maha Kuasa memberimu tanpa kau minta, tentu kau tidak akan meminta sesuatu pun dari-Nya.
Bila kau mencari-cari Allah Ta’ala agar kau didekatkan kepada-Nya, dihilangkan hijab antara dirimu dengan-Nya, dan dapat melihat-Nya dengan mata hatimu, tindakan ini sama saja dengan melakukan ghibah terhadap-Nya (membicarakan-Nya di belakang) karena Dzat Yang Maha Hadir tidak perlu lagi dicari-cari.
Bila kau mencari selain Tuhanmu, baik itu berupa harta, kedudukan, kehormatan, maupun yg lainnya, itu membuktikan sedikitnya rasa malumu kepada-Nya. Jika kau malu kepada-Nya, tentu kau tidak akan mencari selain-Nya.
Bila kau meminta kepada selain-Nya, seperti meminta kepada seorang manusia untuk mengatasi persoalan²mu dan saat meminta itu kau lupa kepada Tuhanmu, itu menandakan bahwa kau begitu jauh dari-Nya. Jika kau dekat dengan-Nya, pasti kau akan jauh dari selain-Nya. Sekiranya kau menyadari kedekatan-Nya denganmu, niscaya kau akan menghindari makhluk²Nya. Namun, karena kejauhanmu dengan-Nya, kau merasa butuh kepada selain-Nya untuk kau jadikan tempat berlindung dan meminta.
Bagi kalangan murid, meminta kepada sang Khaliq adalah hal yg lumrah. Bahkan, meminta kepada makhluk pun adalah hal yg wajar, kecuali meminta dalam kerangka ibadah, etika, mengikuti perintah, atau menyatakan kebutuhan. Sementara itu, orang² ‘arif hanya memandang kepada Allah Ta’ala. Permintaan mereka, walaupun secara lahir tampak kepada makhluk, namun sebenarnya kepada sang Khaliq. Wallaahu a’lam