Dua Macam Tafakkur
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِي مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ
“Tafakkur adalah petualangan hati di medan ciptaan Allah.”
Berfikir yg dianjurkan Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya, ialah memperlihatkan kebesaran kekuasaan Allah Ta’ala yg telah dijelmakan pada makhluk yg dijadikan di alam ini.
Rasulullah Saw. melihat suatu kaum, maka ditanya, “Mengapakah kamu?” Jawab mereka, “Kami sedang memikirkan Dzat Allah.” Maka sabda Rasulullah Saw., “Berfikirlah (perhatikanlah) makhluk Allah, dan jangan memikirkan Dzat Allah, maka sungguh kamu tidak dapat memperkirakannya (menjangkaunya), atau membatasi kebesaran-Nya.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tafakkur adalah perjalanan hati di ranah kemakhlukan atau di medan makhluk dan ciptaan Allah Ta’ala, berupa langit, bumi, dan seluruh isinya. Dengan kata lain, tafakkur adalah perjalanan hati di tengah berbagai jenis makhluk dan ciptaan Allah Ta’ala untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan pelajaran serta tanda² yg menghantarkan kepada makrifat Allah dan mengenali sifat² kesempurnaan dan keindahan-Nya. Jika hati bertafakkur tentang wujud makhluk, ia akan dituntun kepada wujud sang Pencipta. Inilah tafakkurnya orang² awam.
Jika hati bertafakkur tentang kebaikan dan buahnya berupa pahala dan kedekatan dengan Yang Maha Mulia ia akan terdorong untuk melaksanakan kebaikan karena berharap mendapatkan pahala itu. Jika hati berpikir tentang keburukan dan buahnya berupa azab ia akan terdorong meninggalkan keburukan dan tidak mau mendekatinya. Inilah tafakkurnya orang² ‘abid.
Apabila hati bertafakkur tentang kefana’an dan ketidakmampuan dunia untuk memenuhi semua keinginan, ia akan bertambah zuhud dan meninggalkannya. Inilah tafakkurnya para zahid.
Bila hati bertafakkur tentang nikmat dan karunia Allah Ta’ala, kecintaannya terhadap sang Pemberi nikmat akan semakin besar. Inilah tafakkurnya orang² ‘arif.
Dalam bertafakkur, yg boleh dipikirkan hanyalah makhluk Allah Ta’ala, bukan Dzat dan hakikat-Nya karena berpikir tentang Dzat Allah Ta’ala dilarang. Rasulullah Saw. bersabda, “Berpikirlah tentang ciptaan-Nya. Jangan berpikir tentang Khaliq karena kalian takkan sanggup memperkirakan-Nya.”
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ، فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَاإِضَاءَةَ لَهُ
“Tafakkur adalah lentera hati. Jika lenyap, hati pun gelap.”
Syeikh Abul Hasan As-Syadzily ra. Berkata : Ada empat perkara apabila manusia bisa mengerjakan keempatnya ia tergolong Shiddiqin al-muqorrobin, apabila bisa mengerjakan tiga perkara ia digolongkan Auliya’ulloh al muqorrobin, apabila bisa mengerjakan dua perkara ia digolongkan Syuhada’ al mu’minin, apabila bisa mengerjakan satu perkara dari empat tersebut ia digolongkan Hamba Alloh yang sholihin. Yaitu yang pertama : Dzikir, adapun bentuknya berupa amal sholih, dan buah/hasilnya berupa Nur/cahaya.
Yang kedua : Al-fikr (berfikir), bentuk lahirnya : Shobar, dan buahnya : Ilmu.
Yang ketiga : Al-faqir , bentuk lahirnya berupa Syukur, dan buahnya: Bertambah.
Yang keempat : Al-Hub (cinta), bentuk lahirnya benci dunia dan seisinya, buahnya : sampai/bertemu dengan yang dicintai (Alloh).
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tafakkur seumpama lentera atau lampu yg menerangi kegelapan. Dengan cahaya yg terpancar dari lentera itu, hakikat dan kebenaran segala sesuatu akan tampak sehingga yg benar tampak benar dan yg bathil tampak bathil. Dengan tafakkur, kebesaran dan keagungan Allah Ta’ala akan dikenali dan dilihat. Dengan tafakkur juga, bencana² dan cacat² jiwa, tipuan musuh, dan tipuan dunia dapat dideteksi secara dini. Dengan tafakkur pula, cara² untuk menghindari semua tipuan itu bisa dipelajari. Jika tafakkur sirna dari hati, hati tidak akan bercahaya. Hati akan hampa dari pikiran dan cahaya, seumpama sebuah rumah yg gelap gulita. Ketika itu, yg ada di hati hanyalah kebodohan dan tipu daya.
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ، وَفِكْرَةُ شُهُوْدٍ وَعِيَانٍ. فَا لْأُوْلَى لِأَرْبَابِ الْإِعْتِبَارِ، وَالثَّانِيَةُ لِأَرْبَابِ الشُّهُوْدِ وَالإِسْتِبْصَارِ
“Tafakkur itu dua macam: tafakkur yg timbul dari pembenaran atau iman dan tafakkur yg timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yg pertama milik mereka yg bisa mengambil pelajaran, sedangkan yg kedua milik mereka yg menyaksikan dan melihat dengan mata hati.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tafakkur maknanya petualangan hati di medan makhluk Allah Ta’ala. Tafakkur ada dua macam.
Pertama, tafakkur ahli iman yg bersumber dari pokok keimanannya. Tafakkur ini bertujuan untuk naik ke kedudukan tinggi dan menambah keyakinan. Oleh sebab itu, tafakur ini disebut dengan fikrat at-taraqqi (tafakkur untuk naik). Tafakkur semacam ini milik para salikun.
Kedua, tafakkur yg bersumber dari penglihatan dan pandangan. Tafakkur ini disebut dengan fikrat at-tadalli (tafakkur untuk turun). Tafakkur ini milik para majdzubun.
Tafakkur pertama milik orang² yg bisa mengambil pelajaran, yakni orang² yg menyimpulkan bahwa keberadaan akibat (makhluk) dilahirkan oleh sebab (Khaliq). Mereka adalah para salikun saat mengalami taraqqi (naik ke atas) karena pikiran mereka bersumber dari pembenaran dan iman.
Adapun tafakkur kedua milik orang² yg menyimpulkan bahwa keberadaan sebab (Khaliq) adalah yg melahirkan akibat (makhluk). Mereka adalah para majdzubun saat mereka mengalami tadalli (turun ke bawah). Pikiran mereka bersumber dari penglihatan dan pandangan mata batin. Pikiran ini diperuntukkan bagi orang² yg dikehendaki Allah Ta’ala agar ahwal mereka semakin sempurna.
Jika tidak, sebagian, bahkan mayoritas majdzub akan tetap terpaku dalam kondisinya dan tak akan bangkit. Adapun selain mereka, yakni orang² awam, tafakkur mereka tak lain hanya untuk mendapatkan pembenaran dan keimanan, bukan untuk menambah pembenaran dan keimanan. Wallaahu a’lam