Manusia Berada di Antara Kerajaan Dunia dan Kerajaan Akhirat
جَعَلَكَ فِي الْعَالَمِ الْمُتَوَسِّطِ بَيْنَ مُلْكِهِ وَمَلَكُوْتِهِ، لِيُعْلِمَكَ جَلَالَةَ قَدْرِكَ بَيْنَ مَخْلُوْقَاتِهِ، وَأَنَّكَ جَوْهَرَةٌ تَنْطَوِي عَلَيْكَ أَصْدَافُ مُكَوَّنَاتِهِ
“Allah menjadikanmu berada di alam pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya guna memperkenalkan tingginya kedudukanmu di antara makhluk. Kau adalah mutiara yg tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.”
Tersebut dalam kitab² Allah Ta’ala yg terdahulu, “Hai anak Adam, Akulah (Allah kepentinganmu/kebutuhanmu) yg tidak dapat engkau abaikan, karena itu tetaplah engkau pada apa yg engkau butuhkan itu.”
Allah Ta’ala juga berfirman, “Hai anak Adam, Aku jadikan segala sesuatu untukmu dan aku jadikan engkau untuk-Ku, karena itu jangan sibuk dengan apa yg pasti datang kepadamu, sehingga meninggalkan apa yg engkau dijadikan untuk-Nya.”
Firman Allah Ta’ala, “Dialah Allah yg menjadikan untuk kamu semua apa yg di bumi. Tiadalah Aku menjadikan manusia dan jin kecuali supaya ibadah kepada-Ku.”
al-Wasithy dalam menafsirkan ayat, “Sungguh Kami (Allah) telah memuliakan anak Adam (manusia). Yakni Kami serahkan kepada mereka alam seisinya supaya mereka tidak bingung atau tertipu oleh sesuatu dan supaya beribadah (mengabdikan diri kepada Allah).”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Wahai manusia, Allah Ta’ala menjadikanmu di alam pertengahan antara kerajaan-Nya (materi) dengan malakut-Nya (kerajaan ghaib-Nya). Alam materi adalah alam nyata dan alam malakut adalah alam ghaib. Manusia tidak murni dari alam nyata, tidak pula murni dari alam ghaib. Akan tetapi, ia berada di pertengahan antara keduanya, baik secara indrawi maupun secara maknawi.
Secara indrawi, Allah Ta’ala menciptakannya di antara langit dan bumi. Dia menciptakan makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan, tak lain untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Adapun secara maknawi, Allah Ta’ala menciptakannya dalam bentuknya yg paling sempurna dan menjadikannya sebagai sosok yg mengandung seluruh rahasia benda² yg berwujud, di atas maupun di bawahnya, yg lembut maupun yg kerasnya. Dengan begitu, manusia terdiri dari ruh dan jasad, langit dan bumi. Oleh sebab itu, manusia sering disebut dengan alam terkecil.
Sering pula manusia dikatakan sebagai miniatur dari seluruh alam semesta karena di dalam dirinya terdapat sifat² malaikat, seperti akal, makrifat, dan ibadah; menyimpan sifat² setan, seperti suka menggoda, memberontak, dan melampaui batas; memiliki sifat² hewan, seperti amarah dan nafsu syahwat, tamak dan ganas, serta penuh tipuan. Saat marah, manusia menjadi seperti singa. Saat dikuasai nafsu, ia menjadi seperti babi yg tidak peduli dimana ia berkubang. Saat tamak dan ganas, ia menjadi seperti anjing. Saat menipu, ia menjadi seperti serigala.
Pada diri manusia juga tersimpan sifat tumbuhan dan pepohonan. Pada awalnya, manusia seumpama dahan yg lembut, kemudian tumbuh hingga akhirnya menjadi keras dan berwarna hitam. Manusia juga menyimpan sifat langit, yaitu tempat menyimpan segala rahasia dan cahaya serta tempat berkumpulnya para malaikat. la mengandung sifat bumi, yaitu bahwa ia tempat tumbuhnya akhlak dan tabiat, yg lembut ataupun yg keras. Ia juga menyimpan sifat ‘Arsy, yaitu bahwa qalbunya menjadi tempat penampakan Ilahi. Selain itu, ia memiliki sifat lauh, yaitu menjadi tempat disimpannya ilmu; sifat qalam, yaitu bahwa ia mampu mengatur ilmu itu. Manusia juga menyimpan sifat surga, yaitu jika akhlaknya baik, semua temannya akan merasa nikmat dan nyaman saat bersamanya. Ia juga menyimpan sifat neraka, yaitu jika akhlaknya buruk, semua temannya akan ikut terbakar.
Allah Ta’ala menjadikanmu seperti itu untuk memperkenalkan tingginya kedudukanmu di tengah para makhluk-Nya. Semua makhluk itu diciptakan untukmu agar kau manfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, kau harus meninggikan tekadmu dari semua itu dan hanya sibuk dengan Tuhanmu.
Syaikh Abul Abbas al-Mursyi qs. berkata, “Alam semesta (benda) semuanya adalah hamba yg diciptakan untukmu dan kau adalah hamba Allah.” Ini adalah makna pertengahan indrawi, seperti yg disebutkan.
Adapun makna maknawi, Syaikh Ibnu Atha‘illah mengisyaratkannya dengan ucapannya, “Kau adalah mutiara yg tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.” Bahasa lainnya adalah tersimpan dalam kerang ciptaan-Nya karena sifat² semuanya ada di dalam dirimu. Allah Ta’ala tidak menciptakan makhluk dengan sifat seperti ini, kecuali manusia.
Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menciptakannya sesuai dengan sifat²Nya dan menjadikannya khalifah yg melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Allah Ta’ala memberinya dua arah: satu arah menuju Allah Ta’ala dan satu arah menuju makhluk. Adapun malaikat dan makhluk lainnya yg tercipta dari ruh, mereka tidak memiliki kecuali satu arah saja, yaitu menuju Allah Ta’ala.
Semua sifat ini berlaku pada setiap manusia. Namun, sifat² tersebut tidak akan tampak pada dirinya, kecuali setelah ia melakukan olah batin dan mujahadah. Setelah itu, ia akan disebut insan kamil (manusia sempurna). Inilah rahasia² yg tidak diketahui, kecuali dengan dzauq (perasaan) dan tidak terdengar oleh selain pemiliknya.
إِنَّمَا وَسَعَكَ الْكَوْنُ مِنْ حَيْثُ جُثْمَانِيَّتُكَ، وَلَمْ يَسَعْكَ مِنْ حَيْثُ ثُبُوْتُ رُوْحَانِيَّتِكَ
“Alam dapat menampungmu dari sisi fisik, tetapi ia tak dapat menampungmu dari sisi ruh.”
Karena badan jasmani sejenis dengan benda² alam, maka di situlah letak hajat kebutuhan badan jasmanimu, sebaliknya ruhanimu sama sekali tidak sejenis dengan benda² alam ini, bahkan jauh berbeda, maka karenanya tidak usah engkau harus menggantungkan soal dengan kebendaan dan seharusnya hanya berhubungan kepada Allah Ta’ala.
Ahmad bin Khadharawaih ra. ketika ditanya, “Perbuatan apakah yg utama?” Jawabnya, “Menjaga hati jangan sampai condong, menoleh menghadap pada sesuatu selain Allah Ta’ala.”
Abu Abdullah al-Jallab ra. berkata, “Siapakah yg hasrat semangat tujuannya lebih tinggi dari alam benda, maka ia pasti sampai kepada Allah yg mencipta alam, tetapi siapa yg tujuannya hanya pada sesama makhluk maka tidak mendapat Tuhan, sebab Allah Maha Mulia untuk dapat menerima persekutuan/dipersekutukan.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Alam, yaitu bumi yg kau huni, dapat menampungmu secara fisik karena fisikmu adalah bagian dari alam. Kemaslahatannya pun bergantung pada alam. Namun, alam tidak dapat menampungmu dari sisi ruhani karena ruh bukan berasal dari alam ini dan tidak sejenis dengan alam. Oleh karena itu, ruh tidak layak bergantung kepada sesuatu yg berasal dari alam ini. Ruh hanya layak bergantung kepada Allah Ta’ala.
Kesimpulannya, manusia adalah gabungan dari dua hal: jasad dan ruh. Antara jasad dengan alam terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena itu, jasad pantas bergantung pada alam. Jika jasad mengkonsumsi yg ada di alam ini, jasad akan mampu bertahan di alam ini. Jika tidak, ia akan binasa, sebagaimana yg telah ditetapkan sunnatullah. Namun, antara ruh dan alam tidak terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena itu, ruh tidak layak bergantung pada alam. Ia hanya patut bergantung pada Sang Pencipta alam, yaitu Allah Ta’ala.
Maka dari itu, kita harus berusaha menyempurnakan ruh dengan dzikir² dan olah batin agar semua kotoran kemanusiaannya hilang sehingga ia layak bergantung kepada Tuhan Yang Maha Agung. Adapun untuk jasad, kita tidak perlu mempedulikan apa yg layak baginya karena Allah Ta’ala telah menjaminnya.
Dalam sebuah syair disebutkan:
Wahai pelayan tubuh, betapa kau menderita saat melayaninya.
Kau mengharap keuntungan dari sesuatu yg jelas merugikan.
Sebaiknya, kau memperhatikan ruh dan menyempurnakan kemuliaannya.
Dengan ruh, kau disebut manusia, bukan dengan jasad.
Wallaahu a’lam