20.11.22

Ilmu Syekh Abul Hasan Asy-Syadziliy

 Asy Syekh Abul Hasan pada suatu hari pernah berkata, “Aku menerima warisan dari Rosululloh SAW, oleh karena itu aku dikaruniai sumber segala asma'.Sehingga, seandainya semua jin dan manusia bertindak menjadi juru tulisku untuk mencatat ilmu-ilmuku, niscaya mereka semuanya akan kecapaian, sedangkan ilmuku belum sampai habis ditulisnya".

Beliau, selain menguasai keilmuan yang luas akan ilmu ilmu lahiriyah atau syariat, juga memiliki keilmuan yang luas bak samudera tak bertepi dalam hal ilmu-ilmu hakikat. Berkata asy Syekh, “Aku pernah mendapatkan berita gembira dari Alloh SWT, sebagai berikut: ”Ya Ali, apabila di permukaan bumi ini ada suatu majelis dalam ilmu fiqih, maka tiada yang lebih indah selain majelisnya (syekh) Izzuddin bin Abdus Salam. Tiada pula majelis ilmu hadits yang lebih mulia di permukaan bumi ini selain majelisnya (syekh) Zakiyyuddin Abdul 'Adhim al Mundziriy. Dan, tiada pula majelis ilmu hakikat yang lebih agung di permukaan bumi ini selain dari majelismu'.”

Asy Syekh mengatakan, “Ketika ilmu kasyafmu, yaitu ilmu yang muncul dari terbukanya mata hatimu, berseberangan dengan al Quran dan Hadits, maka kamu harus berpegangan erat erat dan berpedoman kepada keduanya (yaitu Qur 'an dan Hadits, pen.), dan tinggalkanlah ilmu kasyafmu. Kemudian katakanlah kepada dirimu sendiri, 'Wahai diriku, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Alloh telah menjamin dan menjaga akan kebenaran Kitabulloh dan Sunnah. Sedangkan Alloh tidak menjamin bagi diriku dalam ilmu-ilmu kasyaf, ilham, dan musyahadah'. ' '

Selain itu, para ulama juga sudah seia-sekata bersepakat bahwa tidak seyogyanya seseorang mengamalkan ilmu-ilmu yang keluar dari hasil kasyaf, ilham, atau musyahadah, kecuali apabila setelah benar-benar diteliti dan ditimbang-timbang tidak bertentangan dengan Quran dan Sunnah.”

Beliau pernah pula mengatakan, “Barang siapa yan bertambah ilmu dan amalnya, tidak pula bertambah iftiqor (kefakiran)-nya terhadap Alloh SWT dan bertambah tawadhu'nya (merendahkan diri), maka sesungguhnya dia telah tergolong sebagai orang yang binasa.”

Di lain waktu asy Syekh berkata, “Janganlah hendaknya engkau condong kepada ilmu atau pun menginginkan bantuan ilmu, akan tetapi hendaknya engkau jadikan dirimu bersama Alloh. Dan berhati-hatilah, sehingga jangan sampai engkau menyebarkan ilmu demi mencari kepercayaan orang, tetapi hendaknya engkau menyebarkan ilmu demi menegakkan kebenaran-kebenaran Alloh SWT, agar engkau dibenarkanNya.”

Beliau, sebagai seorang yang bercita-cita tinggi, pada setiap kali ilmu beliau bertambah, maka pada saat itu pula beliau semakin merasa kekurangan-kekurangan diri beliau dan semakin meyakini bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik Alloh pribadi.

Sampai akhir hayat asy Syekh dan murid sekaligus khalifah pengganti beliau, asy Syekh Abul Abbas al Mursi, keduanya tidak meninggalkan buah pena berupa sebuah kitab pun. Namun, pada suatu ketika asy Syekh pernah berkata kepada orang-orang, “Kalau kalian ingin mengetahui kitab-kitabku. maka 'bacalah' murid-muridku.” Memang, dengan mengamati betapa indah dan anggunnya murid-murid asy Syekh, seperti Sulthonul 'Ulama Syekh 'Izzuddin bin Abdus Salam, Syekh al Hafidh Taqiyyuddin bin Daqiiqil 'Ied, Syekh al Hafidh Abdul 'Adhim al Mundziri, dan masih banyak lagi mutiara-mutiara ulama dan Sholihin hasil 'asahan' asy Syekh, seseorang bisa 'membaca' betapa adiluhungnya ilmu asy Syekh. Dengan begitu. 'si pembaca' akan mengatakan, “Kalau muridnya saja seperti itu. apalagi gurunya.”

Akan tetapi, kita patut bersyukur kepada Alloh SWT atas karunia-karuniaNya serta berterima kasih yang sebesar-besamya kepada asy Syekh Tajuddin Abul Fadhl Ahmad bin Muhammad binAbdul Karim bin Abdur Rahman bin Abdullah bin Ahmad bin 'Isa bin al Husain bin Atho'illah al Judzami al Malikiy al Iskandary atau lebih dikenal dengan nama Syekh Ibnu Atho'illah al Iskandary (as Sakandary), yang dengan hasil jerih payah beliau,  telah menulis banyak tentang perikehidupan, ilmu, dan wasiat wasiat guru dan kakek guru beliau, yaitu Syekh Abul Abbas dan Syekh Abul Hasan, terutama dalam kitab Lathoiful Minan. Mudah-mudahan Alloh selalu melimpahkan sebesar-besarnya rahmat dan berkah atas Syekh Ibnu Atho'illah dan seluruh kitab kitab karya beliau.. aamiin.

Diambil dari buku
“MANAQIB SANG QUTHUB AGUNG”
(SULTHONUL AULIYA' SYEKH ABUL HASAN ASY-SYADZILIY)
Penulis  : H. Purnawan Buchori ( Kaak Pur )
Penerbit : Pondok PETA Tulungagung.