Keluarga Mbah Husain Bin Abdul Jalil
Setelah beberapa tahun Mbah Muhammad Husein bermukim bersama ayahanda beliau di Ngantru, beliau kemudian menikah dengan seorang perempuan sholihah yang berasal dari desa/kecamatan Kedungwaru, Tulungagung bernama Mbah Nyai Mursini. Dari pernikahan dengan Mbah Nyai Mursini ini beliau berdua dikaruniai 2 orang putera yang diberi nama:
- Mbah Mustamir.
- Mbah Mustaqim.
Kedua putera beliau ini . dilahirkan di kota Tulungagung.
Setelah itu, Mbah Husein menikah lagi dengan seorang perempuan yang bernama Mbah Murtijah. Dari pernikahan beliau yang ke dua ini beliau : dikarunia 5 orang anak yang diberi nama:
- Mbah Umi Maimunah,
- Mbah Mariyatun,
- Mbah Sanusi,
- Mbah Mulyanah, dan
- Mbah Juariyah.
Untuk selanjutnya beliau sekeluarga bermukim di dukuh Cangkring, desa Banjaranyar. kecamatan Kras, kabupaten Kediri.
Di masa sepuhnya, Mbah Nyai Murtijah akhirnya diboyong kakak beliau yang bernama Mbah H. Umar ke Semboro, kabupaten Jember sampai beliau meninggal dunia dan dimakamkan di sana.
Alkisah. di masa hidupnya, Mbah Kyai Muhammad Husein juga tergolong sebagai seorang yang selain 'alamah sekaligus digdaya. Pernah, beliau mengajak serta putera beliau, Mbah Mustaqim yang waktu itu masih berusia anak-anak, melakukan perjalanan dari Garut ke Kediri pergi - pulang (PP) melalui jalur udara alias terbang. Dalam 'penerbangan' itu mbah Mustaqim naik di atas punggung Mbah Husein. Untuk selanjutnya, Mbah Husein bin Abdul Jalil menetap di dusun Cangkring. desa anyar, kecamatan Kras, kabupaten kediri. Setelah beliau wafat, di pemakaman desa tersebut.
Sedangkan, istri pertama beliau Mbah Nyai Mursini (ibunda Mbah Kyai Mustaqim) setelah wafat dimakamkan di TPU kelurahan Tamanaan kecamatan/kabupaten Tulungagung.