28.11.22

Masa Kecil Asy-Syeikh (1942-1958)

  Pada masa usia anak-anak, asy Syekh tumbuh normal sebagaimana anak-anak seusia beliau. Secara fisik maupun psikis, beliau tergolong sebagai anak yang sehat, kuat, lincah, cerdas, dan kritis. Asy Syekh juga senang bermain-main bersama teman-teman beliau, antara lain sepak bola, silat, layang-layang, dan bermain air. 

Lebih dari itu, dalam usia yang masih anak-anak, beliau sudah menampakkan sifat kepemimpinan (leadership) dan keluhuran budi pekerti beliau. Beliau selalu membantu teman-teman sekolah dan para sahabat sepermainan beliau yang mengalami kesusahan. Sejak kecil asy Syekh sudah menampakkan rasa sosial dan solidaritas yang tinggi. 

Dibai'at Syekh Abdur Rozaq, Termas. 

Pada tahun 1947, saat asy Syekh berusia 5 tahun, mbah Kyai Abdur Rozaq at Tarmasi atau lebih terkenal dengan panggilan Den Dur, berkeinginan untuk mengambil anak asy Syekh. Keinginan itu Den Dur sampaikan kepada ibunda asy Syekh yaitu mbah Nyai Sa'diyah. Sebagai seorang ibu, tentu saja beliau keberatan. Karena tidak boleh dimiliki, maka Den Dur kemudian mengajukan untuk 'meminjamnya' saja. 

Setelah oleh mbah Nyai 'dipinjamkan', maka kemudian asy Syekh dipanggul Den Dur lalu diajak berjalan mengelilingi alun-alun Tulungagung. Dalam hal ini asy Syekh berkata, “Aku sama Den Dur dipanggul terus diajak jalan-jalan mengelilingi alun-alun. Postur tubuh Den Dur itu cenderung gemuk, kalau berjalan agak gontai. Beliau berjalan sambil makan kacang. Itu maksudnya gitu aku dibaiat sama Den Dur.” 

Pendidikan umum yang ditempuh asy Syekh.

Pada masa anak-anak, asy Syekh dididik secara langsung oleh ayah-bunda beliau. Selain itu, asy Syekh juga belajar mengaji Al Qur'an, fiqh, akhlaq, dan taukhid kepada mbah K.H. Ahmad  Suj a'i yang rumahnya tidak jauh dari pondok PETA. 

Sedangkan, untuk pendidikan umum dan ilmu agamanya asy Syekh menuntut ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Oelama' (MINO)/setingkat SD yang terletak di Utara masjid AlMunawwar. Setelah lulus dari  MINO, beliau kemudian mejutkan ke SMDP (Sekolah Menengah Diniyah Pertama) “Kartini”, suatu lembaga pendidikan di bawah naungan jam'iyyah NU. yang terletak di depan Makodim 0807 Tulungagung sampai lulus tahun l958. Setelah lulus dari SMDP kemudian asy Syekh melanjutkan tholabul 'ilmi-nya ke ponpes Al Falah, Ploso. Mojo, Kediri. 

Berdasarkan keterangan bu Nyai Hj. Siti Mahfiyah, adik asy Syekh. pada akhir dekade tahun 1960 yaitu waktu asy Syekh masih mondok di Mojosari, beliau sempat 'nyambi 'kuliah di fakultas bahasa Arab IAIN Tulungagung selama 2 tahun. Sebenamya nilai akademik beliau, terutama untuk mata kuliah bahasa Arab, lumayan bagus. Saat itu, kakak asy Syekh, Romo K.H. Arif Mustaqim, menjadi salah satu dekan di kampus tersebut. 

Sudah membai'at sejak masih umur 11 tahun.

Ketika masih sekolah di MINO, sekitar kelas 5 MI (umur 11-12 tahun), oleh ayahanda beliau, asy Syekh sudah diajari dan disuruh menggantikan Syekh Mustaqim membai'at murid-murid beliau. Asy Syekh pernah mengatakan, “Sejak aku masih duduk di kelas 5 SD (MI), aku sudah sering disuruh bapak untuk membai'at. Setelah selesai membai'at aku kembali memakai celana pendek lalu bermain layang-layang lagi.” 

Tugas membai'at menggantikan ayahanda beliau, terus berlanjut sampai Syekh Mustaqim wafat pada tahun 1970. Ketika asy Syekh mondok di Ploso (1959-1961) dan di Mojosari (19611970), setiap beliau ada di rumah dan pada saat itu ada bai'atan, baik itu bai'atan thoriqot Syadziliyah maupun thoriqot Qodiriyah wan Naqsyabandiyah, maka mbah Mustaqim selalu menyuruh asy Syekh untuk menggantikannya. 

Pada usia SD-SMP itu pula asy Syekh disuruh mbah Mustaqim untuk mempelajari seluk beluk ilmu hitam kepada murid-murid mbah Mustaqim yang sebelumnya memiliki ilmu hitam, seperti mbah Marjan dan mbah Mubin. Hal itu menjadikan asy Syekh sangat mengenal secara detail seluk beluk ilmu hitam, mulai dari namanya, rapalan atau lafadhnya, lelaku atau tirakatnya, khasiatnya, sampai letak kelemahannya (Jawa, pengapesane). Tujuan asy Syekh mempelajari ilmu hitam itu adalah agar beliau bisa menghadapi orang-orang yang waktu itu banyak yang memiliki ilmu hitam.