Mbah Kopral Di Tabrak Pese.
Pernah pada suatu pagi buta, Mbah Kopral pulang dari Pondok PETA sehabis malamnya mengikuti khushusiyah, dengan mengendarai sepeda. Ketika beliau tengah asyik mengayuh sepedanya, tiba-tiba beliau ditabrak dari arah belakang oleh sebuah kendaraan umum yang disebut 'pese'. Saking kerasnya pese itu menabrak beliau, sampai-sampai beliau bersama sepedanya terlempar sekitar 30 meter ke arah kiri, masuk ke sawah.
Melihat orang yang ditabraknya masuk ke sawah, tentu saja sopir dan keneknya jadi panik. Mereka segera turun dari kendaraannya dan mencari keberadaan 'si korban'. Mereka menjadi semakin kalut ketika mereka tidak melihat keberadaan si korban. Namun, tiba-tiba muncul dari kegelapan si korban tanpa kurang suatu apa pun sambil memanggul sepedanya yang ringsek.
Tahu seperti itu, si kenek pun kemudian menghampirinya dan bermaksud menolong si korban dengan meminta sepeda beliau yang sudah tak berbentuk lagi itu untuk dibawakan. Maksud si kenek, dia meminta sepeda itu akan dibawa ke tukang servis untuk diperbaiki. Namun, apa kata Mbah Kopral? "Sudah, tidak usah kamu perbaiki. lni sepedaku sendiri, biar aku saja nanti yang memperbaikinya. Ini urusanku. Sudah, kamu pergi sana. Lain kali saja kalau nyopir yang hati-hati" Diberi uang untuk ongkos servis pun beliau tidak mau.
Dari beberapa murid Syekh Mustaqim yang dikaruniai berbagai kelebihan oleh Alloh SWT itu, ada beberapa di antaranya sampai-sampai dianggap sebagai Waliyullah yang memiliki karomah. Satu contoh, misalnya, Mbah Marjan. Banyak masyarakat yang menganggap kalau beliau itu adalah seorang Waliyullah, sehingga sampai-sampai beliau disebut 'Mbah Wali Marjan'. Demikian pula seperti Mbah Mubin dan Mbah Umar juga sering mendapatkan titel dan predikat 'Wali' dari masyarakat. Secara logika, menurut Romo Kyai Abdul Djalil, "Lha kalau murid-muridnya Bapak (Syekh Mustaqim) disebut Wali, lha apa nggak berarti Bapak itu 'mbahnya' Wali?
Walloohu a'lam bish-showab.