Alloh Tidak Membuat Tanda Kewalian
سبحان من لم يجعل الدليل على اوليائه الا من حيث الدليل عليه، ولم يوصل اليهم الا من اراد ان يوصله اليه
“Maha Suci Allah yg tidak membuat penanda atas para wali-Nya, kecuali dengan penanda atas Diri-Nya. Dia juga tidak mempertemukan dengan mereka, kecuali orang yg Dia kehendaki untuk sampai (wushul) kepada-Nya.”
Sebagaimana telah diterangkan pada hikmah sebelumnya, yaitu Allah menutupi Nur cahaya kewalian, begitu juga Allah menutupi para wali-Nya, dengan amal² lahir, seperti bekerja, makan, minum, sakit dan lain². Jadi sangatlah sulit untuk mengenali waliyullah itu, karena mereka juga seperti kita keadaan lahirnya.
Syaikh Abul Abbas al-Mursi berkata: “Untuk mengenal Waliyullah itu lebih sulit dari pada mengenal Allah, sebab Allah mudah dikenal dengan adanya bukti² kebesaran, kekuasaan dan keindahan ciptaan-Nya. Tetapi untuk mengetahui seorang yg sama dengan kamu, makan, minum menderita segala penderitaanmu sungguh sangat sukar. Tetapi jika Allah memperkenalkan kamu dengan seorang wali, maka Allah menutupi sifat² manusia biasanya dan memperlihatkan kepadamu keistimewaan² yg diberikan Allah kepada wali itu.”
Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
“Para wali-Ku dibawah naungan-Ku, tiada yg mengenal mereka dan mendekat pada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan taufiq hidayah-Nya. Supaya ia juga langsung mengenal kepada Allah dan kebesaran-Nya yg diberikan Allah kepada seorang hamba yg dikehendaki-Nya.”
Syaikh Abu Ali al-Jurja’i berkata:
“Seorang wali itu orang yg fana’ lupa pada dirinya dan tetap baqa’ dalam musyahadah dan melihat Tuhan. Allah mengatur segala-galanya, maka karena itu terus-menerus datang kepadanya Nur Ilahi.”
Maka jika Allah menghendaki memperkenalkan kamu dengan wali-Nya, itu suatu anugerah yg sangat besar yg wajib kamu syukuri, karena dengan itu berarti Allah menghendaki kamu agar bisa wushul kepada Allah. Karena wali itu kekasih Allah, Allah tidak menghendaki selain kekasih-Nya berkumpul dengan Kekasih-Nya. (Laa ya’riful waliy illal-waliy).
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Maha Suci Allah yg sengaja menjadikan penanda diri-Nya sebagai penanda para wali-Nya. Sulit bagi kita untuk mengenali seorang wali, sebagaimana sulit mengenali Allah.
Karena Allah terhijab dengan alam semesta, jalan untuk sampai kepada-Nya dan mengenali-Nya merupakan perkara yg amat sulit. Jika hijab tersebut tersingkap di hadapan seseorang, tentu itu adalah karunia besar dan anugerah agung yg harus disyukurinya.
Demikian pula seorang wali, ia terhalang oleh tebalnya ciptaan² lahir, makanan dan minuman yg ia konsumsi, dan perbuatan manusiawi lainnya sehingga untuk mengenalinya pun perkara yg sulit. Jika seseorang bisa mengenali seorang wali, berarti ia telah mendapatkan anugerah dan karunia besar yg harus ia syukuri.
Kesimpulannya, mendapat makrifat dan mengenali Allah secara khusus adalah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah Ta’ala kepada seorang hamba, bukan karena permohonan atau karena sebab tertentu. Demikian pula mengenali seorang wali. Bahkan, mengenali seorang wali itu lebih sulit daripada mengenali Allah karena Allah Ta’ala sudah dikenal dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. Sementara itu seorang wali sama dengan kita. Ia biasa makan dan minum serta melakukan aktivitas manusia biasa seperti kita.
Jika Allah ingin memperkenalkanmu dengan seorang wali-Nya agar kau mendapatkan manfaat darinya, Dia akan menutupi wujud kemanusiaannya dan memperlihatkan padamu wujud keistimewaannya. Tak ada yg dapat mengenali para wali atau berkumpul bersama mereka, kecuali yg dikehendaki Allah untuk sampai kepada-Nya karena mereka adalah para kekasih Allah. Allah akan cemburu jika mereka dikerumuni manusia. Barang siapa yg akan dikenalkan Allah kepadanya maka Allah akan menghimpunnya dengan mereka dalam sebuah persahabatan khusus.
Para Wali ini ada dua kelompok. Kelompok pertama, yg terlihat di mata orang awam dan orang khusus. Kelompok kedua, yg hanya terlihat di mata orang khusus. Di samping itu, ada juga hamba² Allah yg tak seorang pun makhluk-Nya mampu melihat mereka, bahkan para malaikat yg bertugas mencabut nyawa sekalipun. Yg mencabut nyawa mereka adalah Allah langsung, dan badan mereka tak sedikit pun tersentuh debu. (Ulasan Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi) Wallahu a'lam.
ربما اطلعك على غيب ملكوته وحجب عنك الإستشراف على اسرار العباد
“Adakalanya Allah memperlihatkan rahasia malakut-Nya, namun Dia menghijabmu dari mengetahui rahasia para hamba-Nya.”
Adakalanya Allah memperlihatkan alam malakut kepada wali-Nya, sehingga ia bisa mengetahui segala sesuatu yg ghaib dalam alam malakut, tetapi karena rahmat Allah kepadanya, tidak dibukakan padanya jalan untuk mengetahui rahasia² hati sesama manusia, itu supaya tidak ikut campur dalam urusan dan kebijaksanaan Allah yg berlaku pada hamba-Nya.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Mungkin Allah sesekali menampakkan rahasia kerajaan-Nya yg ghaib dan tak bisa kau lihat, yg ada di atas langit dan di bawah bumi. Namun, Dia menghijabmu dari melihat rahasia para hamba-Nya atau yg ada di hati mereka, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Itu termasuk bentuk kasih sayang Allah kepadamu.
من اطلع على اسرار العباد، ولم يتخلق بالرحمة الإلهية كان اطلاعه فتنة عليه، وسببا لجر الوبال اليه
Siapa yg mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang Tuhan maka pengetahuannya menjadi ujian baginya dan sebab datangnya bencana.
Orang yg tidak dibukakan kasyaf untuk bisa melihat rahasia dalam hati sesama manusia itu termasuk karunia belas kasih dari Allah, sebab apabila dia dibukakan kasyaf sehingga bisa mengetahui rahasia hati orang lain, tapi dia tidak meniru sifat rahmat dan ampunan Allah, seperti tidak mau menutupi aib orang lain, tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, tidak kasihan pada orang yg berbuat dosa/kesalahan, maka kasyaf yg demikian akan menjadi fitnah bagi yg diberi, dan menjadi ujian yg berat baginya, bahkan akan menjadi sebab datangnya bencana bagi dirinya.
Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan dicabut sifat rahmat belas kasih kecuali dari hati orang yg celaka.”
Dan Rasulullah Saw. juga bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموامن فى الارض يرحمكم من فى السماء
“Orang yg belas kasih, dikasihi oleh Allah (ar-Rahman), karena itu kasihanilah orang yg di bumi niscaya kamu dikasihi orang yg di langit.”
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Siapa yg mengetahui rahasia para hamba, tetapi tidak meniru sifat rahmat (kasih sayang) Tuhan, seperti menutupi aib orang² yg berdosa, bersabar atas orang² yg zalim, memaafkan orang² yg bodoh, berbuat baik kepada orang yg berlaku buruk, dan menyayangi para hamba Allah, maka pengetahuannya tentang rahasia hamba itu akan menjadi fitnah atau ujian baginya. Hal itu dapat mendorongnya untuk melihat dirinya sendiri dan mengagungkan keadaannya, sombong dengan amalnya, dan congkak di hadapan orang lain. Inilah ujian paling besar baginya. Bahkan, dapat menjadi sebab datangnya bencana kepadanya karena ia telah mengaku-aku memiliki sifat Tuhan dan menandingi-Nya dalam hal kesombongan dan keagungan. Inilah bencana paling besar, kehinaan, dan peringatan yg paling keras.
Diriwayatkan bahwa ketika Allah memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Nabi Ibrahim as., ia mendatangi seorang laki² yg sedang melakukan maksiat terhadap Allah. Nabi Ibrahim as. pun mendoakan celaka orang itu hingga ia pun binasa. Nabi Ibrahim as. lalu mendoakan orang lain yg berbuat sama dengannya maka semuanya pun binasa.
Allah lalu berfirman kepada Nabi Ibrahim as., “Wahai Ibrahim, kau adalah orang yg doanya selalu dikabulkan. Jangan kau doakan celaka hamba²Ku karena lalai dari-Ku, mereka akan terbagi ke dalam tiga keadaan: seorang hamba dari mereka bertobat kepada-Ku dan Aku pun menerima tobatnya; Ku keluarkan darinya nyawa yg bertasbih kepada-Ku; atau Ku bangkitkan ia dan Ku hadapkan kepada-Ku. Jika Aku mau, Aku akan memberinya maaf. Jika aku berkehendak, Aku akan menghukumnya.”
Ada yg mengatakan, inilah sebab kenapa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih anaknya, yaitu karena Allah begitu menyayangi hamba²Nya, seperti Nabi Ibrahim as. menyayangi anaknya. Kesimpulannya, mukasyafah adalah nikmat Allah Ta’ala atas seorang murid. Cara mensyukurinya adalah dengan menutupi aib hamba atau memaafkannya. Wallaahu a’lam