Berbicara Karena Allah dan Berbicara Demi Dirinya Sendiri
(Orang yang Berbicara Karena Allah Akan Mudah Dipahami, Dan Orang Yang Berbicara Demi Dirinya Sendiri Akan Terkuak Rahasia Yang Disembunyikannya)
مَنْ أُذِنَ لَهُ فِي التَّعْبِيْرِ فُهِمَتْ فِي مَسَامِعِ الْخَلْقِ عِبَارَتُهُ وَجُلِّيَتْ إِلَيْهِمْ إِشَارَتُهُ
“Barang siapa sudah mendapat izin dari Allah untuk mengajar (menerangkan ilmu makrifat), maka keterangannya itu bisa difahami oleh pendengarnya, dan isyarat petunjuknya bisa diterima dengan jelas.”
Maksud dari orang yg sudah mendapat izin dari Allah yaitu: orang yg mengajar/memberi nasihat itu Lillahi (karena Allah) wa Billahi (dan sebab bantuan/pertolongan Allah, wa Fillahi (dalam tuntunan hukum Allah).
Syaikh Abul Qasim Junayd al-Baghdadi ra. berkata: “Kalimat/perkataan yg benar itu hanya yg di ucapkan setelah mendapat izin, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
لَايَتَكَلَّمُوْنَ إِلَّا مَنْ اَذِنَ لَهُ الرَدَّحْمٰنُ وَقَالَ صَوَابًا
“Mereka tidak berkata-kata, kecuali yg di izinkan oleh Ar-Rahman (Allah) dan berkata dengan benar.”
Syaikh Hamdun bin Ahmad bin Umarah al-Qasshar ra. ketika ditanya: “Mengapa kata² orang dahulu jauh lebih berguna dari ajaran kita ini?” Jawabnya: “Karena mereka bicara/berkata untuk kemuliaan Islam, dan keselamatan jiwa dan untuk mendapat keridhaan Allah. Sedangkan kita bicara untuk kemuliaan diri, dan mencari dunia, dan keridhaan penerima/pendengar (makhluk).”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Orang ‘Arif yg di izinkan berbicara tentang hakikat-makrifat, yaitu berupa ilmu² yg diberikan Allah tanpa perantara, maka penjelasannya akan mudah dipahami. Tanda seorang ‘arif di izinkan berbicara ialah, ia merasa mudah mengungkapkan apa yg ingin di ungkapkannya tanpa perlu bersusah payah. Lidahnya lancar mengungkap kata² tentang ilmu² itu. Ia juga mendapatkan dorongan kuat untuk mengungkapkan ilmu² itu tanpa kekurangan dalam berbicara.
Tanda lainnya yg bisa dilihat ialah, penjelasannya mudah dipahami dan amat jelas sehingga tidak perlu di ulang². Keterangannya lebih lembut daripada ungkapan yg biasa digunakan ahli tarekat dalam memberitakan tentang ilmu² batin dan hakikat makrifat. Lain halnya dengan orang yg tidak di izinkan berbicara.
رُبَّمَا بَرَزَتِ الْحَقَائِقُ مَكْسُوْفَةَ الْأَنْوَارِ إِذَا لَمْ يُؤْذَنْ لَكَ فِيْهَا بِإِظْهَارِ
“Bisa jadi cahaya hakikat meredup apabila kau belum diberi izin untuk menampakkannya.”
Yg dimaksud ilmu hakikat disini yaitu ilmu yg berhubungan dengan makrifatullah.
Barang siapa yg belum sempurna sifat²nya, dan belum mendapat izin untuk menerangkan hakikat, dan bila ia menerangkannya pasti akan terlihat suram cahayanya, karena keluar dari lisan yg masih tertutupi kegelapan yaitu selain Allah. Dan ia sendiri masih diliputi sesuatu yg berlawanan dengan hakikat itu, yg akibatnya orang yg mendengarkan tidak faham dan bahkan yg mendengar akan ingkar dan menolak.
Syaikh Abul Abbas al-Mursyi ra. berkata: “Seorang Wali itu lebih dahulu telah dipenuhi oleh ilmu dan pemahaman makrifat, sehingga hakikat itu menjadi keyakinan dan terlihat terang baginya. Karena itu jika mengeluarkan kalimat/perkataan seolah-olah mendapat izin dari Allah, dan kalimat/perkataan yg dikeluarkannya itu berhias keindahan yg bukan buatan, maka langsung diterima oleh pendengarnya.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Apabila kau tidak diberi izin untuk menampakkan hakikat, bisa jadi hakikat yg berupa ilmu dan makrifat itu akan meredup dan diselimuti kegelapan akibat pandanganmu terhadap kebendaan. Akibatnya, telinga para pendengar akan menolaknya dan hati mereka mengingkarinya.
Syaikh Abul Al-Abbas al-Mursyi ra. berkata, “Ucapan orang yg diberi izin untuk berbicara diselimuti keindahan, sedangkan ucapan orang yg tidak diberi izin bercahaya redup. Jika kedua orang itu berbicara tentang satu hakikat, ucapan orang yg pertama diterima, sedangkan ucapan orang yg kedua ditolak.”
عِبَارَاتُهُمْ إِمَّا لِفَيَضَانِ وَجْدٍ أَوْلِقَصْدِ هِدَايَةِ مُرِيْدٍ، فَالْأَوَّلُ ُحَالُ السَّالِكِيْنَ وَالثَّانِي حَالُ أَرْبَابِ الْمَكْنَةِ وَالْمُحَقِّقِيْنَ
“Kata²/keterangan orang yg menerangkan (ilmu makrifat), itu ada kalanya muncul karena luapan perasaan dalam hatinya yg tidak dapat ditahan, atau karena tujuan memberi petunjuk pada murid. Yg pertama itu hal keadaan seorang salik, sedang yg kedua hal keadaan orang yg sudah matang dan mendalam dalam makrifatnya kepada Allah (ahli tahqiq).”
Jika seorang salik (berjalan menuju Allah), itu berkata-kata/menerangkan ilmu makrifat, yg bukan karena luapan apa yg dirasakan dalam hatinya, berarti ia hanya merupakan pengakuan yg palsu belaka, demikian pula orang yg mendalam ilmu makrifatnya, jika bicara tidak untuk memberi petunjuk kepada murid, berarti ia telah membuka rahasia yg tidak di izinkan. Yg seharusnya ia diam tidak bicara sebab ia selalu dalam adab terhadap Allah.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Ungkapan para peniti jalan Allah tentang ilmu dan makrifat yg mereka temukan dalam batin mereka bisa jadi keluar karena luapan perasaan yg mereka alami di dalam hati. Mungkin, hati mereka sempit sehingga tanpa mereka sadari, dari sana mengalir dengan deras apa yg bersemayam di dalamnya. Persis seperti sebuah bejana kecil yg dipenuhi air, tentu air itu akan tumpah ruah keluar. Bisa jadi juga, ungkapan itu keluar karena mereka ingin memberikan petunjuk kepada murid. Walaupun hati mereka luas, mungkin mereka akan menahan isinya sehingga tak satu pun yg keluar dari hati itu.
Kondisi pertama adalah kondisi yg dialami seorang salik atau orang yg baru mulai meniti jalan menuju Allah. Di sini mereka tidak diberi izin untuk mengungkapkan isi hatinya karena mereka masih dikuasai luapan perasaan. Sementara itu, yg kedua adalah kondisi para muhaqqiq atau orang yg sudah sampai kepada Allah. Mereka diberi izin untuk mengungkapkannya karena ungkapan mereka mengandung bimbingan dan hidayah bagi orang lain.
Jika seorang salik mengungkapkan isi hatinya tanpa dikuasai perasaan, ungkapannya itu sama saja dengan sebentuk pengakuan. Jika seorang muhaqqiq mengungkapkannya tanpa niat memberi hidayah kepada murid, tindakannya itu sama dengan menyebarkan rahasia terlarang. Seorang muhaqqiq harus bersikap diam tak banyak bicara karena ia sedang berada di hadirat Allah, menerima yg datang ke dalam hatinya, berupa keajaiban ilmu dan pemahaman.
Wallaahu a’lam