Buah Ilmu Yang Bermanfaat
الْعِلْمُ النَّافِعُ هُوَ الَّذِي يَنْبَسِطُ فِي الصَّدْرِ شُعَاعُهُ، وَيَنْكَشِفُ بِهِ عَنِ الْقَلْبِ قَنَاعُهُ
“Ilmu yg bermanfaat adalah yg cahayanya melapangkan dada dan menyingkap tirai qalbu.”
Ilmu yg berguna (bermanfaat) itu ialah mengenal Dzat Allah dan sifat serta asma dan af’al/perbuatan Allah Ta’ala. Juga mengerti bagaimana mengabdikan diri kepada Allah Ta’ala serta beradab kepada-Nya.
Nabi Dawud as. berkata: “Ilmu di dalam dada bagaikan lampu dalam rumah.”
Syaikh Junayd al-Baghdadi qs. berkata: “Ilmu itu ialah mengenal Tuhanmu dan tidak melampaui kedudukan dirimu (yakni menyadari kehambaanmu).”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Ilmu yg bermanfaat ialah ilmu tentang Allah, sifat²Nya, asma-Nya, dan ilmu tata cara beribadah kepada-Nya dan bersopan santun di depan-Nya. Ilmu inilah yg cahayanya melapangkan dada sehingga mudah menerima Islam dan menyingkap tirai serta selaput penutup qalbu sehingga hilanglah segala macam angan dan keraguan darinya.
Malik ibn Anas ra. berkata, “Ilmu diraih bukan dengan banyaknya periwayatan, melainkan ilmu adalah cahaya yg dipancarkan Allah ke dalam hati.”
Manfaat ilmu ialah mendekatkan hamba kepada Tuhannya dan menjauhkannya dari pandangan terhadap diri sendiri. Itulah puncak kebahagiaan seorang hamba dan akhir dari keinginan dan pencariannya.
Syaikh Al-Mahdawi berkata, “IImu yg berguna adalah ilmu tentang waktu, kejernihan hati, kezuhudan di dunia, dan ilmu tentang hal² yg mendekatkan diri ke surga, menjauhkan diri dari neraka, membuat takut kepada Allah dan berharap kepada-Nya, serta ilmu tentang kebersihan jiwa dan bahayanya.”
Itulah ilmu yg dimaksud dengan cahaya yg dipancarkan Allah Ta’ala ke dalam hati siapa saja yg dikehendaki-Nya, bukan ilmu lisan, ilmu logika, atau ilmu manqul.
Syaikh Junayd al-Baghdadi qs. merangkum semua keterangan itu dengan kata², “IImu yg sesungguhnya adalah ilmu tentang Tuhan (makrifat) dan ilmu bersopan santun di hadapan-Nya.”
خَيْرُ الْعِلْمِ مَا كَانَتِ الْخَشْيَةُ مَعَهُ
“Sebaik-baik ilmu adalah yg disertai rasa takut pada-Nya.”
Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yg menuntut ilmu agama itu, Allah menjamin rezekinya.”
Juga sabda Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya pada orang yg menuntut ilmu, karena suka (gemar pada apa yg dituntut).”
Rasulullah Saw. berlindung kepada Allah: “Allahumma inni a’udzu bika min laa yanfa’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yg tidak berguna).” Ilmu yg tidak berguna yaitu yg tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Syaikh Abul Qasim Junayd al-Baghdadi qs. ketika ditanya: “Apakah ilmu yg berguna?” Jawabnya: “Ialah yg menunjukkan engkau kepada Allah, dan menjauhkan dari menurutkan hawa nafsu syahwatmu.”
Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yg cinta dunia, berbahaya akhiratnya, dan siapa yg cinta akhirat, berbahaya dunianya. Ingatlah kamu harus mengutamakan yg kekal abadi daripada yg lekas rusak hancur.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Rasa takut kepada Allah Ta’ala adalah rasa takut yg disertai dengan pengagungan terhadap-Nya. Ada yg mengatakan, rasa takut yg dimaksud adalah pengagungan yg disertai dengan penghormatan. Ada lagi yg berpendapat, ilmu adalah rasa takut yg harus disertai amal. Dengan kata lain, ilmu yg terbaik adalah ilmu yg disertai rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala memuji para ulama dengan ilmunya yg disertai rasa takut kepada-Nya. Dia berfirman, “Sesungguhnya yg takut kepada Allah di antara hamba²Nya hanyalah ulama.” (QS. Fathir [35]: 28)
Setiap ilmu yg tidak disertai rasa takut tidak akan ada gunanya dan tidak mengandung kebaikan sama sekali. Pemiliknya tidak disebut alim sejati.
IImu yg benar adalah yg harus disertai rasa takut, sikap menjaga hukum Allah Ta’ala, taat dan percaya kepada-Nya, berpaling dari dunia dan para pencarinya, mengurangi kebendaan dan menjauhi pintu²nya, memberi nasehat kepada makhluk dan berakhlak baik terhadap mereka, tawadhu’, menemani orang² fakir, serta mengagungkan para wali Allah.
Lain halnya dengan ilmu yg tidak disertai rasa takut, ia selalu memupuk keinginan terhadap dunia, menciptakan kesombongan pemiliknya, memalingkan tekad untuk mencarinya, menumbuhkan kesombongan, membuat panjang harapan, dan melupakan akhirat. Jika seorang alim mencintai dunia dan para pencarinya, serta mengumpulkannya melebihi kecukupannya, berarti ia lalai dari akhirat dan dari ketaatan kepada Allah Ta’ala sebesar kelalaiannya.
الْعِلْمُ إِنْ قَارَنَتْهُ الْخَشْيَةُ فَلَكَ وَإِلَّا فَعَلَيْكَ
“Jika ilmu disertai rasa takut, ia akan berguna bagimu. Namun, jika tidak, ia akan menjadi petaka bagimu.”
Rasulullah Saw. bersabda: “Akan keluar pada akhir zaman orang yg mencari (mencuri) dunia dengan kedok agama, memperlihatkan (memakai) di muka orang bulu domba karena lunak, lidahnya lebih manis dari madu, tetapi hatinya hati srigala. Allah akan berkata kepada mereka: ‘Apakah kamu akan menentang kepada-Ku, atau mempermainkan Aku, maka demi kebesaran-Ku, Aku akan menurunkan terhadap mereka ujian fitnah, sehingga orang yg sabar tenang menjadi kebingungan.'”
Rasulullah Saw. bersabda: “Akan tiba suatu masa pada umat manusia, tiada tinggal dari Al-Qur’an kecuali tulisannya saja dan Islam hanya namanya belaka.”
Hati orang²nya kosong dari petunjuk hidayah, masjid hanya penuh jasad manusia yg tak berhati taqwa, sejahat-jahatnya manusia waktu itu ialah para ulama, sebab dari mereka sumber fitnah dan kepada mereka pula kembalinya.
Abu Hurairah ra. berkata: Bersabda Nabi Saw.: “Siapa yg belajar ilmu agama, tidak untuk mencapai keridhaan Allah, tidak mempelajarinya kecuali untuk mencapai suatu kepentingan dunia, maka ia tidak akan mendapat (merasai bau surga pada hari kiamat.”
Al-Hasan ra. berkata: “Siksa bagi seorang alim itu matinya hati.” Ketika ditanya: “Bagaikan matinya hati itu?” Jawabnya: “Mencari dunia dengan menjual amal akhirat.”
Dan lebih jahat lagi jika ia menjilat-jilat kepada raja (pemerintah) untuk mencari keuntungan dari uang haram atau syubhat, maka yg demikian terang-terangan menentang murka Allah.
Abu Darda’ ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Allah telah menurunkan wahyu pada salah seorang Nabi: ‘Katakanlah kepada orang² yg belajar fiqih agama, tidak untuk kepentingan agama, dan belajar tidak untuk diamalkan, mereka mencari dunia dengan amal akhirat, memakai bulu kambing, tetapi hati mereka hati serigala, lidahnya lebih manis dari madu, dan hatinya lebih pahit dari jadam, apakah mereka akan mempermainkan Aku, atau mengejek kepada-Ku, pasti akan Aku turunkan kepada mereka fitnah ujian, sehingga orang yg tenang sabar menjadi bingung.'”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Jika ilmu disertai rasa takut, kau akan mendapatkan manfaatnya di dunia dan akhirat. Jika tidak, kau akan mendapatkan bahaya dan petakanya di dunia dan akhirat.
Sufyan Ats-Tsauri ra. berkata, “IImu dipelajari tak lain untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Ilmu lebih diutamakan daripada yg lain karena dengan ilmu akan timbul rasa takut dan takwa kepada Allah.” Jika tujuan ini diabaikan dan niat pencari imu itu telah rusak, misalnya ia meyakini bahwa ilmunya bisa mendatangkan keuntungan duniawi berupa harta, kehormatan, dan kedudukan, pahalanya akan gugur dan amalnya akan jatuh. Kemudian, ia akan mengalami kerugian yg nyata.
Allah Ta’ala berfirman, “Siapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan siapa yg menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (QS. Asy-Syura [46]: 20). Wallaahu a’lam