12.4.23

Mana yang Baik, Meminta Atau Diam?

كَيْفَ يَكُونُ طَلَبُكَ اللاَّحِق سَبَبًا فِى عَطَائِهِ السَّابِقِ؟

“Bagaimana mungkin permintaanmu yg datangnya kemudian menjadi sebab bagi pemberian-Nya yg sudah ditentukan sebelumnya?”

Keputusan Allah dalam menentukan peraturan alam sudah ditentukan dalam azali sebelum adanya alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk tidak kecuali manusia, karena itu jangan mengira bahwa Allah seolah-olah lupa terhadap hajat kebutuhanmu, sehingga sekiranya tidak engkau ingatkan mungkin tidak diberi, kalau demikian kepercayaanmu terhadap Allah, berarti benar² engkau belum mengenal Allah dalam sifat kesempurnaan-Nya.

Contohnya:
Jika ada seorang ayah yg dianggap oleh anaknya, andaikan tidak di ingatkan oleh anaknya niscaya ia melupakan kebutuhan anaknya itu, maka bagaimanakah ayah yg demikian itu?

Sedangkan Allah tidak dapat di umpamakan dengan ayah itu sebab Allah Maha Sempurna, Maha Mengetahui, Maha Mencukupi, Maha Bijaksana dalam memelihara seisi alam.

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:

Bagaimana mungkin permintaanmu sekarang ini menjadi sebab pemberian Allah atas sesuatu yg sudah ditetapkan-Nya sejak zaman azali? Pemberian Allah merupakan hubungan antara kehendak-Nya di masa azali dengan pelaksanaannya yg juga sejak azali. Di dalamnya, permintaan tidak menjadi sebab karena permintaan itu datang belakangan setelah pemberian. Padahal, sebab seharusnya datang terlebih dahulu daripada akibatnya.

جَلَّ حُكْمُ الْأَزَلِ أَنْ يُضَافَ إِلَى الْعِلَلِ

“Terlalu agung bila putusan Allah yg azali disandarkan kepada rangkaian sebab.”

Sungguh tidak masuk akal kalau permintaan kita yg baru sekarang, itu menjadi sebab pemberian Allah yg sudah lalu. Sesungguhnya keputusan Allah dalam menentukan peraturan alam ini sudah ditentukan/ditetapkan dalam zaman ‘azal sebelum adanya alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk termasuk kita manusia, artinya sebelum kita meminta sesungguhnya Allah sudah menentukan apa yg diberikan kepada kita. Yakni Allah sudah memberi sebelum kita meminta. Sebagai contoh kita tidak/belum pernah meminta hidup tapi Allah sudah memberi kehidupan, sewaktu kita masih dalam alam kandungan sampai kita lahir, dan di masa kanak², kita belum pernah meminta bahkan belum tahu caranya meminta hajat kebutuhan kita, Allah sudah terlebih dahulu memberikan semua hajat kebutuhan kita sehingga kita bisa hidup sampai sekarang, dan itu sama berlaku seterusnya.

Karena itu jangan mengira seolah-olah Allah lupa dengan hajat kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan Allah supaya memberikan hajat kebutuhanmu. Kalau memang demikian kepercayaanmu terhadap Allah, berarti benar² engkau belum mengenal Allah dalam sifat kesempurnaan-Nya.

Segala sesuatu yg terjadi di alam ini, semata-mata dari qudrat dan iradatnya Allah secara mutlak, sehingga tidak disandarkan pada ‘ilat/sebab musabab (karena ini dan itu).

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:

Adalah sikap mengecilkan putusan Allah bila kita menghubungkan putusan yg telah ada di masa azali, yaitu karunia Allah, dengan sebab².

Jika ada yg berkata, “Terkadang, pemberian bergantung pada permintaan. Dengan demikian, permintaan menjadi sebab adanya pemberian.” Jawabannya: sebab hakiki datangnya karunia adalah penangguhan kehendak Allah di waktu azali. Kau meminta-Nya atas sesuatu yg sudah ditetapkan, namun belum dilaksanakan.

عِنَايَتُهُ فِيْكَ لَالِشَيْءٍ مِنْكَ وَايْنَ كُنْتَ حِينَ وَاجَهَـتْكَ عِنَايَتُهُ وَقَابَلَتْكَ رِعَايَتُهُ لَمْ يَكُنْ فِى اَزَلِهِ اِخْلَاصُ اَعْمَالٍِ وَلَاوُجُدُ اَحْوَالٍ بَلْ لَمْ يَكُنْ اِلَّا مَحْضُ الْاِفْضَالِ وَعَظِيْمُ النَّوَالِ

“Perhatian Allah kepadamu bukanlah karena sesuatu yg timbul dari dirimu. Di manakah kau ketika perhatian dan pemeliharaan-Nya menemuimu, padahal di zaman azali belum ada keikhlasan amal ataupun ahwal. Bahkan, belum ada apa² selain banyaknya karunia dan pemberian semata.”

Allah sudah melengkapi dan memenuhi hajat kebutuhan kita di saat kita sendiri belum mengerti apa saja kebutuhan kita, maka dari itu coba kita pikirkan dan perhatikan perhatian dan pemberian Allah pada kita semenjak kita masih berupa air mani, sama sekali kita belum bisa berdoa dan beramal, tetapi perlengkapan yg diberikan Allah kepada kita tidak berkurang sedikitpun, dan selanjutnya hingga kita lahir, masa kanak², dewasa dan tua, karunia dan pemberian serta perhatian Allah kepada kita tidak berubah. Dan semua itu tidak bersandar pada amal atau doa kita. Tapi semata-mata kekuasaan dan kehendak Allah yg mutlak.

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:

Perhatian atau pemberian Allah kepadamu bukan karena doa atau amal shaleh yg kau lakukan. Coba ingat, di mana dirimu ketika Allah memberimu perhatian dan perlindungan-Nya? Maknanya, di masa azali kau sendiri tidak ada. Tentu saja, itu menafikan semua yg bersumber darimu. Jika dirimu dahulu tidak ada, berarti tak ada pula sesuatu yg bersumber darimu, baik doa maupun amal shaleh. Meskipun demikian, Allah tetap memberimu perhatian dan karunia.

Di masa azali, belum ada amal yg ikhlas, seperti doa, shalat, dan puasa, tidak pula ada ahwal. Bahkan, belum ada apa² selain karunia dan pemberian Allah semata. Oleh karena itu, doa bukanlah sebab terwujudnya sesuatu yg diminta. Demikian pula amal shaleh, itu bukanlah sebab yg mempengaruhi pemberian dan perhatian Allah atau sebab seseorang masuk surga dan selamat dari neraka. Wallaahu a’lam