11.4.23

Nurul-Yaqin / Cahaya Keyaqinan

لَوْ اَشْرَقَ لَكَ نُوْرُ الْيَقِيْنِ لَرَاَيْتَ الْاٰخِرَةَ اَقْرَبَ اَنْتَرْحَلَ اِلَيْهَا وَلَرَاَيْتَ مَحَاسِنَ الدُّنْيَا قَدْ ظَهَرَتْ كَسْفَةَ الْفَنَاءِ عَلَيْهَا

147. “Andaikan cahaya keyaqinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu, sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan melihat segala keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang akan menghinggapinya”.

  Sebab dengan nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yang semestinya  dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yang benar dan yang salah sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.
Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya nur/cahaya jika masuk dalam hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya, sahabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..
Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan (memisahkan) diri dari dunia tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan bersiap-siap untuk menghadapi mati sebelum datangnya maut.

   Anas ra. berkata: ketika Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rosululloh bertanya: Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?
 Jawabnya: Saya kini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh.
Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu,sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.
 Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka yang penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.
Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam hatinya.
Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku mati syahid, maka Nabi saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya dia yang pertama mati syahid.
  Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan menangis selama hidup di dunia!
Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga didalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yang tertinggi.
Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : Untung-untung bagimu hai Haritsah.

  Anas ra. juga berkata: pada suatu hari Mu’adz bin Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh Nabi saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz : aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Alloh.
Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus ada buktihakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu?
Jawab Mu’adz: Ya Nabiyalloh, kini jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah selain Alloh,dan juga seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.
Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengtahui, maka tetapkanlah.
Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh bin Rowahah ra. berkata: Demi Alloh mereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air mata yang berlinang-linang.

Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:

Sekiranya hatimu diterangi cahaya keyakinan atau ilmu pengetahuan tentang Allah dan janji-Nya yg disampaikan melalui lisan Nabi-Nya, niscaya kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu saat kau berjalan menuju-Nya. Kau juga akan melihat keindahan dunia telah diliputi oleh selubung kebinasaan. Karena dengan cahaya keyakinan dan ilmu itu, hakikat segala sesuatu akan terlihat sesuai kondisi aslinya.

Jika cahaya itu menyinari hati, seorang hamba akan melihat yg benar tetap benar dan yg bathil tetap bathil; akhirat adalah benar, sedangkan dunia adalah bathil. Dia akan melihat akhirat yg tadinya ghaib seakan hadir di hadapannya, seakan akhirat itu tidak sirna dari hadapannya dan amat dekat kepadanya untuk ia tuju.

Dengan begitu, ia akan lebih siap lagi untuk menyongsongnya. la melihat dunia yg hadir di matanya telah redup cahayanya, segera musnah dan sirna dari pandangannya. Di matanya, tampaklah kebathilan dunia itu sehingga seakan ia tidak ada. Dengan pandangan penuh keyakinan ini, ia terdorong untuk ber-zuhud meninggalkan dunia dan perhiasannya, serta lebih mengutamakan akhirat dan bersiap menyongsongnya.

Keadaan ini menandakan kelapangan dada seorang hamba dengan cahaya tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya cahaya jika masuk ke dalam hati, dada akan lapang dan terbuka karenanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal itu ada tanda²nya?” Beliau menjawab, “Ya, tandanya ialah sikap menjauhi tempat tipu daya, berlindung ke negeri keabadian, dan bersiap menghadapi kematian sebelum datang.”

Saat cahaya masuk ke dalam kalbu seorang hamba, syahwatnya akan mati dan dorongan jiwanya akan sirna sehingga ia hanya terdorong untuk melakukan kebaikan dan tidak pernah tertarik untuk melanggar. Hamba yg mendapatkan cahaya tidak memiliki tekad, kecuali untuk segera melakukan kebaikan dan menggunakan waktu dan kesempatan karena saat itu ia merasa ajal sudah dekat, sedangkan kebaikan banyak terlewatkan. Wallaahu a’lam