14.4.23

Sedikitnya Kesenangan Adalah Sebab Sedikitnya Kesedihan

لِيَقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ، يَقِلَّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ

“Tatkala berkurang apa yg membuatmu senang maka berkuranglah pula apa yang kau sedihkan.”

Seseorang ditanya: “Mengapakah engkau tidak pernah risau?”
Jawabnya: “Karena saya tidak menyimpan barang yg akan merisaukan/menyusahkan bila hilang, sebab yg menyenangkan itulah pula yg menyusahkan, jika sedikit maka sedikit pula, dan bila banyak yg disenangi tentu banyak pula yg akan menyusahkan.”

Hikayat:
Seseorang memberi hadiah kepada raja sebuah gelas dari pirus yg bertaburkan permata yg sangat berharga, maka karena sangat gembira raja menerimanya. Ia menunjukkan hadiah itu pada seorang Hakim (ahli hikmah): “Bagaimana pendapatmu tentang gelas ini?” Jawab Hakim: “Pendapatku, itu suatu bala’ dan kefakiran.”

Tanya raja: “Bagaimana pendapatmu itu?” Jawabnya: “Jika pecah berupa bala’ sebab tidak dapat ditembel, dan tidak ada gantinya, jika perlu kau sangat butuh kepadanya sehingga menjadi fakir kepadanya.” Maka tidak lama tiba² gelas itu pecah, maka benar raja merasa mendapat bala’ dan sangat menyesal, lalu berkata: “Benar kata hakim itu.”

Syaikh Abul Qasim Junaid al-Baghdadi qs. berkata: “Seorang yg berakal sehat itu ialah yg menyelidiki segala sesuatu, mencari yg lebih utama untuk dikerjakan dan didahulukan dari lain²nya, dan selalu mengikuti petunjuk Allah dan Rasulullah Saw., dalam membedakan apa yg berguna atau mudharat baginya di dunia dan akhiratnya.”

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Ketika harta dan hal lainnya berkurang padamu, berkurang pula apa yg membuatmu bersedih. Siapa yg darinya Allah Ta’ala singkirkan kelebihan dunia, lalu ia ridha atas hal itu, puas dengan yg sedikit, dan tidak mencari tambahan, baik berupa harta maupun kedudukan, berarti akalnya sempurna dan pandangannya terhadap dirinya baik. la telah mampu menghindarkan kerusakan akibat kesedihan dari dirinya dengan meninggalkan kesedihan itu. Ia juga tidak melihat kepada maslahat berupa kebahagiaan yg timbul dari sesuatu yg bisa cepat hilang.

Menurut orang yg berakal, “Menghindarkan kerusakan lebih di dahulukan daripada mencari maslahat. Dan sesuatu yg disenangi adalah juga yg disedihkan. Jika yg disenangi sedikit, kesedihannya pun sedikit. Jika yg disenangi banyak, kesedihannya pun banyak.”

إِنْ أَرَدْتَ أَنْ لَاتُعْزَلَ فَلَاتَتَوَلَّ وِلَايَةً لَاتَدُوْمُ لَكَ

“Jika kau tidak ingin dipecat, jangan memangku jabatan yg tidak kekal.”

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Ini adalah penegasan dari hikmah sebelumnya. Jabatan selalu akan berakibat pada kesedihan. Kesedihan yg timbul adalah akibat hilangnya jabatan itu, baik disebabkan oleh kematian, dipecat, maupun karena faktor lain. Orang yg berpandangan baik dan berakal sehat selalu meninggalkan jabatan yg disenangi agar ia tidak dipecat atau kehilangan jabatan itu sehingga bersedih dan menderita.

إِنْ رَغَّبَتْكَ الْبِدَايَاتُ زَهَّدَتْكَ النِّهَايَاتُ، إِنْ دَعَاكَ إِلَيْهَا ظَاهِرٌ نَهَاكَ عَنْهَا بَاطِنٌ

“Jika awalnya memikat, akhirnya akan menjemukan. Jika lahirnya memanggilmu, batinnya akan mencegahmu.”

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Jika pada awalnya jabatan itu memikatmu karena tampilan lahirnya indah dan orang yg menjabatnya tampak berwibawa serta hidup sejahtera, ketahuilah bahwa ujungnya akan berakhir dengan bahaya dan kerugian di dunia dan akhirat. Hal itu dikarenakan, akhir dari jabatan adalah, kau meninggalkan jabatan itu dengan dipecat atau dengan kematian sehingga kau akan mengalami kerugian duniawi dan ukhrawi. Dengan jabatan, amat sedikit orang yg agamanya selamat. Hal itulah yg mendorong orang yg berakal untuk meninggalkan dan menghindari jabatan.

Jika tampilan lahir jabatan itu berupa pakaian indah, makanan enak dan rumah mewah yg merayumu untuk mendudukinya, batinnya sebenarnya melarangmu untuk itu karena jabatan selalu membuatmu lalai dari Allah Ta’ala dan mendatangkan kerugian dan bahaya bagi mereka yg menjabatnya. Wallaahu a’lam