Awal Dakwah Syeikh Mustaqim
Setelah beliau berkeluarga dan bermukim di rumah mertua beliau, sekitar tahun 1925, beliau mulai menyalurkan bakat dan hobby beliau dalam mengembangkan jurus-jurus pencak silat yang beliau peroleh dari Ajengan Khudlori. Semakin lama semakin banyak pemuda yang datang kepada beliau untuk minta diajari jurus-jurus silat. Para pendekar yang sudah senior pun tidak segan-segan datang untuk berdiskusi dan ngangsu kaweru pada beliau.
Memang, pada masa penjajahan Belanda waktu itu sedang marak masyarakat yang mempelajari jurus-jurus pencak silat, terutama di daerah Tulungagung Kediri, Nganjuk, dan Blitar. Sehingga, semakin banyak berdiri perguruan-perguruan silat. Pendekar-pendekar baru pun bermunculan. Di mana mana sering diadakan pertandingan atau kompetisi silat sampai berhari-hari. Dalam dunia persilatan, beliau akrab disapa dengan nama Pendekar Mustaqim atau Kang Takim.
Nama beliau di dunia persilatan semakin moncer setelah seorang pendekar yang bernama Kang Zaenal dari Tawangsari, (Ngadiluwih) berguru kepada beliau. Pada waktu itu, Kang Zaenal merupakan pendekar yang tak terkalahkan di seantero Jawa Timur bagian Timur. Pasca takluknya pendekar dari Tawangsari itulah murid-murid silat 'Kang Takim' makin bertambah banyak.
Namun, bagi Mbah Mustaqim, sebenarnya jurus-jurus pencak silat hanyalah sebagai media saja. Pada hakekatnya, tujuan beliau terjun ke dalam dunia persilatan itu adalah semata-mata untuk berdakwah atau ajakan kepada masyarakat untuk kembali ke hadlirat Alloh SWT. Hal tersebut karena pada zaman itu sedang terjadi trend dan booming orang-orang belajar pencak silat.
Di dalam jurus-jurus itu, Mbah Mustaqim memasukkan unsur dzikrullooh secara sirri dalam setiap gerakannya. Jadi, beliau selalu mengajarkan agar setiap gerakan memukul, menendang, menangkis, menghirup dan mengeluarkan nafas, serta semua gerakan-gerakan apa pun selalu disertai dengan dzikir ismu dzat di dalam hati, Allooh..., Allooh..., Allooh.
Selain itu, beliau juga selalu meminta kepada murid-murid beliau agar mereka selalu dalam keadaan memiliki wudlu, terutama pada waktu berlatih maupun dalam pertandingan. Jika mereka batal wudlunya, maka beliau minta agar segera mengambil wudlu kembali. Hal itu diistilahkan dengan istilah ’batal wudlu'. Artinya, apabila batal, maka agar segera berwudlu kembali. Dua amaliyah (dzikrullah dan mendawamkan wudlu) inilah yang bisa dikatakan sebagai jurus dasar ajaran Mbah Mustaqim.
Tidak hanya itu saja. Murid-murid beliau juga diberi ijazah wirid yang harus dibaca dalam waktu dan jumlah tertentu. Biasanya, wirid yang pertama kali yang beliau ijazahkan kepada murid-murid beliau pada waktu itu adalah Basmalah dan khizib Autad (khizib Kafi). Khusus untuk khizib Autad selain diamalkan paling tidak sehari sekali, aurod itu juga harus diriyadhohi atau ditirakati dengan cara puasa selama 9 hari, yaitu pada hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis.
Riyadloh khizib Kafi juga dilengkapi dengan melumuri (Jawa, blonyohan )ke seluruh tubuh dan kulit kepala ramuan yang terdiri dari 7 atau 11 lembar daun sirih temu ros-e yang ditumbuk halus lalu dicampur dengan minyak kelapa. Proses pembuatan blonyoh ini pun juga dilakukan dalam keadaan memiliki wudlu, tidak boleh berbicara, dan terus menerus membaca asma asma' Alloh SWT. Selain itu, juga dengan laku tidak tidur semalam suntuk dan pada tengah malam menulis rajah Kafi. Rajah Kafi itu lalu dibungkus dengan kulit kijang dan kemudian di jadikan haikal.
Pada keesokan harinya dilaksanakan 'khataman Kaji ', dengan melakukan ritual selamatan lengkap dengan ubo rampenya yang terdiri dari nasi ketan ingkung ayam jago, dan telur ayam kampung. Juga disiapkan blonyoh yang sudah dibuat kemarin sorenya.
Dari lelaku dan penempaan rohani yang seperti itu, mulai dari dzikir sirri, batal wudlu, membaca asma'-asma' Alloh, wirid-wirid yang dibaca secara istiqomah dan mudawamah, puasa, mempersedikit tidur, dan lain sebagainya itulah, maka semakin lama murid-murid beliau banyak yang dikaruniai Alloh SWT dengan berbagai keistimewaan.
Awal Dakwah Syeikh Mustaqim
Namun, semua keluarbiasaan yang dialami oleh sebagian murid Mbah Mustaqim itu adalah hanya sebagai karunia atau pemberian Alloh SWT semata, sama sekali bukan merupakan tujuan. Tujuan atau niat yang dituntunkan Mbah Mustaqim kepada para murid beliau dalam mengamalkan ilmu-ilmu beliau semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada Alloh SWT. Hanya untuk mensucikan, memuji, dan mengagungkan Alloh SWT. Hal itu selalu ditekankan dan diwanti-wantikan oleh Mbah Mustaqim. Bahkan, beliau sering berpesan agar jangan sekali-kali menjadikan 'ilmu Kauman' (maksudnya ilmu yang diajarkan Syekh Mustaqim) untuk tujuan kanuragan dan tujuan duniawiyah lainnya.