Berdirinya Pondok PETA
Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Mbah Mustaqim mulai mendalami ilmu rohani sejak beliau masih berusia belia, sekitar umur 17 tahun, yaitu sejak beliau berguru kepada Syekh Khudlori bin Muhammad Hasan di Malangbong, Garut, Jawa Barat. Dari Syekh Khudlori, selain memperoleh ijazah berbagai khizib dan sholawat, beliau juga menerima ijazah muthlaqoh dan talqin thoriqot Qodiriyah wan Naqsyabandiyah dan thoriqot Naqsyabandiyah.
Pada sekitar tahun 1930, beberapa murid silat Mbah Mustaqim oleh beliau sering diajak berbincang-bincang tentang berbagai hal ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan ilmu rohani, ilmu tauhid, dan hal-hal yang berkenaan dengan thoriqot. Beberapa di antaranya juga sudah mulai beliau ajari tentang ilmu tasawwuf, tazkiyyatul qolb, serta menjalani dan berbaiat thoriqot Naqsyabandiyah dan thoriqot Qodiriyah wan Naqsyabandiyah kepada beliau.
Oleh karena hal itu, bisa dikatakan bahwa tahun 1930 adalah merupakan tonggak sejarah berdirinya Pondok PETA, yang pada waktu itu masih disebut sebagai Pondok Kauman saja. Hal ini atas dasar mulai adanya aktifitas pengajaran ilmu rohani dan thoriqot oleh Syekh Mustaqim kepada para murid beliau. Memang, pada saat itu, secara flsik di situ belum tampak adanya bangunan yang menandakan adanya sebuah pondok. Namun, pada sekitar tahun 1933 Mbah Mustaqim mulai melakukan pembinaan rohani secara intensif dengan kegiatan berwirid secara berjamaah bersama para murid beliau.
Berwirid secara berjamaah itu dilakukan di ruang tamu di rumah mertua beliau yang diberi balai-balai (Jawa, amben) besar yang terbuat dari kayu *).Ruang tamu itu pula sampai sekarang masih berfungsi sebagai ruang tamu pondok PETA, Murid-murid beliau yang pada waktu itu sering terlihat mengikuti wirid berjamaah itu di antaranya:
- Mbah H. Khudlori (Botoran),
- Mbah H. Makhfudz (Botoran),
- Mbah H. Hamid (Botoran),
- Mbah H. Syakur (Botoran),
- Mbah Slamet (Karangwaru),
- Mbah Asfaham (Ngadiluwih), dan
- Mak De Aji (Kauman).
Dan, mulai saat itu pula murid-murid beliau mulai menyapa beliau dengan sebutan Kyai Mustaqim. Namun, di mata masyarakat beliau masih tetap dikenal sebagai seorang pendekar.