20.11.22

Bentuk Amaliyah PONDOK PETA

 Bentuk amaliyah aurod thoriqot Syadziliyah yang diajarkan di pondok PETA,
pertama-tama membaca:
  • Basmalah dan al Fatikhah lil-Laahi ta'ala.
  • Membaca dua kalimah syahadat 100 kali
  • Takbir 100 kali.
Diteruskan hadiyah-hadiyah atau khadhroh Fatihah yang masing-masing ditujukan kepada:
  • sayyidina Muhammadin SAW,
  • sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq,
  • sayyidina 'Umar bin Khotthob,
  • sayyidina 'Utsman bin 'Affan,
  • sayyidina 'Ali bin Abi Tholib,
  • sayyidina Hasan dan sayyidina Husain,
  • Mbah Penjalu,
  • Wali Songo,
  • asy Syekh Abdul Qodir al Jilani,
  • asy Syekh Abdur Rozzaq,
  • asy Syekh Abdus Salam,
  • asy Syekh Abil Hasan asy Syadzily,
  • tambahan beberapa ulama atau kyai minas Sholihin,
  • asy Syekh Sholachuddin bin Abdul Djalil Mustaqim,
  • asy Syekh Abdul Djalil bin Mustaqim,
  • asy Syekh Mustaqim bin Husain,
  • kedua orang tua,
  • kemudian secara jamak ditujukan kepada nabi Adam dan ibu Hawa, para nabi dan rosul, para syuhada', sholihin, auliya’il 'arifin, 'ulama'il 'amilin, malaikatil muqorrobin, semua orang mu'min laki-laki dan perempuan semua orang Islam laki-laki dan perempuan, dan yang terakhir ditujukan kepada
  • Nabiyulloh Khidlir, 'alaihis salam.
Selanjutnya, membaca istighfar 100 kali, sholawat Syadziliyah (ada juga yang menyebut sholawat Kawamil) 100 kali, dzikir nafi istbat 100 kali yang diawali dengan dzikir 3 kali secara perlahan-lahan, kemudian membaca laa ilaaha illallooh Mukhammadur rosuluIIooh shallallaahu 'alaihi wa sallam, al fatikhah, dan diakhiri dengan membaca doa. Doa yang dibaca, bisa doa tawassul atau doa apa saja yang sesuai dengan tuntunan syariat.

Bagi orang-orang yang sudah mendapatkan ijazah hizib Bahri, dianjurkan agar setelah selesai mengamalkan aurod Syadziliyah diteruskan dengan membaca hizib Bahri. Hal ini sesuai dengan anjuran asy Syekh Abul Hasan asy Syadzily, rodliyalluhu 'anh. Tata cara membacanya, setelah membaca al Fatikhah yang terakhir, atau sebelum doa, kemudian dilanjutkan ke hizib Bahri, dengan diawali membaca al Fatikhah lil-Laahi ta'ala lalu langsung membaca hizib Bahri (robbi yassir wa sahhil ..... , dan seterusnya). Hizib Bahri diakhiri dengan membaca al Fatikhah 7 kali, lalu ditutup dengan membaca doa.

Dalam tradisi di pondok PETA, aurod Syadziliyah diserah-terimakan kepada seseorang melalui ijazah dari seorang guru mursyid (Syekh). Pada waktu ini yang berkedudukan sebagai guru mursyid di pondok PETA, Tulungagung, adalah Hadlrotusy Syekh K.H. Charir Sholachuddin bin Abdul Djalil Mustaqim, rahimahullah. Sedangkan proses serah-terima aurod ini, bisa langsung diserahkan oleh guru mursyid sendiri, atau oleh orang-orang yang mendapat izin dan kepercayaan dari guru mursyid untuk menyerahkan aurod ini kepada orang lain. Selain orang yang telah mendapatkan izin dari guru mursyid, tidak diperbolehkan memberikan aurod Syadziliyah kepada orang Iain. Hal ini juga berlaku untuk aurod-aurod lain yang dikeluarkan oleh pondok PETA. Namun, walaupun aurod-aurod (wirid) itu bisa diserahkan oleh orang-orang kepercayaan guru mursyid, Yang biasa disebut sebagai Ketua Kelompok, akan tetapi pada hakekatnya yang menyerahkan atau mengijazahkan wirid itu adalah guru mursyid sendiri.

Para ketua kelompok atau orang-orang kepercayaan guru mursyid itu selain bertindak sebagai “kurir”, juga berperan sebagai wakil guru untuk memberi penjelasan kepada murid atau calon murid pondok PETA tentang segala hal yang berkaitan dengan wirid maupun thoriqot itu sendiri. Hal-hal yang perlu diterangkan oleh para ketua kelompok, di antaranya mengenai amaliyah sehari-hari yang harus dilakukan bagi setiap warga pondok PETA, niat, kaifiyat (tatacara) mengamalkan wirid, serta riyadhoh atau puasanya, dan keterangan-keterangan penting lain yang perlu disampaikan. Semua itu perlu dijelaskan oleh Ketua Kelompok untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.

Niat beribadah kepada Alloh SWT, dalam bentuk apapun, yang dituntunkan oleh para guru mursyid thoriqot Syadziliyah pondok PETA kepada murid-murid adalah berniat beribadah hanya semata karena Alloh SWT, lil-Laahi ta'ala, seraya memohon mudah-mudahan agar:
  1. Diberi ketetapan iman, 
  2. Diberi terangnya hati, 
  3. Diberi keselamatan dunia akhirot, 
  4. Diberi apa saja yang barokah manfaat dunia-akhirot. ' 
Setiap pribadi murid pondok PETA dianjurkan agar senantiasa menjaga kesucian lahir-batin, yaitu dengan cara memudawamahkan (melanggengkan) wudlu. Di lingkungan pondok PETA hal tersebut biasa disebut sebagai “batal wudlu”. Maksudnya, setiap batal segera cepat-cepat berwudlu. Selain itu, mereka juga dianjurkan agar selalu membunyikan Alloh ...., Alloh …, di dalam hati, kapan pun dan dimana pun mereka berada. Dua ajaran ini, yaitu “batal wudlu” dan “hati bunyi Alloh, Alloh” adalah merupakan “jurus dasar” di pondok PETA, Tulungagung. Kedua hal itu sudah diajarkan sejak asy Syekh Mustaqim merintis pendirian pondok PETA, sekitar tahun 1930-an.

Selain berusaha semaksimal mungkin menjalankan kedua “jurus ampuh” tersebut, para murid pondok PETA juga ditekankan untuk selalu mengamalkan wirid yang diterima dari pondok PETA.

Bagi seseorang yang ingin mengamalkan Thoriqot Syadziliyah, biasanya tidak langsung diberi ijazah aurod Syadziliyah. Mereka, pada umumnya, disuruh agar terlebih dahulu mengamalkan aurod atau hizib-hizib tertentu. Aurodaurod itu diamalkan dengan maksud selain sebagai dasar dan pondasi untuk menuju ke amaliyah thoriqot, juga sebagai " pasukan" untuk mengawal perjalanan ruhani seorang salik/murid dalam menuju ke hadirat Alloh SWT dari gangguan dan rintangan nafsu dan iblis.

Aurod Syadziliyah, juga aurod-aurod lain yang diijazahkan di pondok PETA, biasanya selalu diiringi dengan mengerjakan puasa atau riyadloh. Puasa yang dilakukan untuk riyadloh aurod Syadziliyah selama 41 (empat puluh satu) hari. Seyogyanya, puasa itu dilaksanakan di pondok PETA, atau biasa disebut sebagai suluk, selama 41 hari secara terus-menerus . Namun, apabila hal itu dirasakan terlalu berat bagi si murid, karena harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang lain, maka puasa itu pun bisa dilaksanakan di rumah. Bahkan, karena kebijaksanaan guru mursyid jualah, puasa itu tidak harus dilakukan secara terus-menerus. Murid diberi keringanan untuk “mencicil”, yaitu dengan kelipatan per 10 hari atau per 20 hari. Tetapi, walaupun begitu, tetap dianjurkan, paling tidak selama 11 atau 21 hari yang terakhir, di laksanakan di pondok PETA.

Pada waktu mengerjakan puasa, selama itu pula si salik diwajibkan menyertainya dengan membaca aurod Syadziliyah minimal setiap selesai sholat lima waktu. Akan lebih baik lagi bila ditambah dengan membacanya setelah sholat-sholat sunnat, seperti sholat Dhuha di pagi hari dan sholat Tahajjud atau Hajat di malam hari. Selain itu, juga diusahakan untuk menghindari makanan dan minuman yang mengandung unsur hewani, seperti: daging, ikan, susu, trasi, krupuk udang, dan lain-lain.

Di samping mengerjakan puasa, murid thoriqot Syadziliyah juga dianjurkan mengikuti baiat. Pelaksanaan baiat thoriqot Syadziliyah di lingkup pondok PETA, sejak dulu hingga sekarang, dilakukan secara langsung oleh yang berhak untuk membaiat, yaitu guru mursyid (asy Syekh) sendiri. Praktek pembaiatannya pun dilakukan dengan cara satu per satu (face to face) antara asy Syekh dan murid. Berkaitan dengan hal ini, sebelum pelaksanaan pembaiatan, seorang Ketua Ketua Kelompok memberikan keterangan sejelas-jelasnya kepada muriq tentang tatacara dan tatakrama (adabiyah) mengikuti baiat thoriqot Syadziliyah.

Tatacara dan tatakrama (adabiyah) mengikuti baiat, antara lain:

ASebelum pelaksanaan baiat:
  1. Mandi.
  2. Berwudlu.
  3. Berpakaian lengan panjang (usahakan yang berwarna putih), bersarung, dan berkopiah.
  4. Memakai wangi-wangian.

B. Pada saat mengikuti baiat:
  1. Dalam keadaan memiliki wudlu.
  2. Duduk dengan rapi, tertib, tenang, bersikap tawadhu', dan terus menerus menjaga hati agar selalu ingat kepada Alloh SWT serta terus-menerus membaca sholawat Syadziliyah pada waktu antre di depan ruangan baiat.
  3. Ketika masuk ke dalam ruangan asy Syekh (ruang pembaiatan), dianjurkan agar berjalan jongkok hingga sampai ke hadapan asy Syekh.
  4. Duduk di hadapan asy Syekh dengan tenang dan sopan, serta dilarang keras memandang wajah asy Syekh.
  5. Ketika duduk, kedua lutut murid dipertemukan (dipepetkan) dengan kedua lutut asy Syekh.
  6. Pada saat dimulainya pembaiatan, murid berjabatan tangan dengan asy Syekh secara biasa (tidak usah mencium tangan asy Syekh).
  7. Setelah asy Syekh membacakan kalimat-kalimat baiat, murid langsung menjawabnya dengan kalimat yang sudah ditentukan, qobiltu baiataka bi aurodisy Syadzaliyah secara tegas dan jelas, seraya diiringi keyakinan dan kepasrahan kepada Alloh SWT.
  8. Kemudian, setelah itu, asy Syekh membaca dzikir 3 kali dan langsung diikuti murid sebanyak 3 kali pula.
  9. Upacara pembaiatan diakhiri dengan dibacakannya doa oleh asy Syekh dan murid mengamini dengan khusyuk dan tawadhu'.
  10. Setelah selesai asy Syekh membacakan doa, kemudian beliau mengucapkan sholawat ( Allohumma sholli 'ala sayyidina Mukhammad) dan murid menimpali sholawat itu (Allohumma sholli alaih wa'alaa aalih).
  11. Setelah itu, murid langsung mengundurkan diri dari hadapan asy Syekh tanpa bersalaman lagi dengan beliau. Pada waktu keluar dari ruangan asy Syekh, seyogyanya murid keluar dengan cara berjalan jongkok dan mundur.

C. Setelah selesai baiat:
  1. Sekeluar dari ruang baiat, dianjurkan baik secara sendiri-sendiri maupun secara berjamaah agar berziarah ke makam asy Syekh Mustaqim bin Husain, mbah nyai Sa'diyyah binti H. Ro'is, dan asy Syekh Abdul Djalil bin Mustaqim, rodliyalloh 'anhum, yang terletak di dalam komplek pondok PETA.
  2. Setelah sampai di rumah, dianjurkan agar mengusap-ngusapkan kedua belah telapak tangan ke kepala anak, isteri, dan hana-harta benda (termasuk barang barang dagangan, kendaraan, sawah, dll.). Hal ini dimaksud. kan agar kesemuanya itu mendapat limpahan barokah dan manfaat dari asy Syekh lantaran pembaiatan tadi.
  3. Mengamalkan aurod Syadziliyah secara istiqomah, minimal satu kali setiap harinya.
  4. Mengikuti khususiyah thoriqot Syadziliyah di daerahnya masing-masing setiap malam Selasa dan malam Jumat, kecuali malam Jumat Kliwon. Setiap malam Jumat Kliwon (35 hari sekali), semua murid pondok PETA sangat dianjurkan mengikuti khususiyah thoriqot Syadziliyah yang dilaksanakan di pondok PETA, Tulungagung, mulai pukul 20.30 WIB.

Diambil dari buku

“MANAQIB SANG QUTHUB AGUNG”
(SULTHONUL AULIYA' SYEKH ABUL HASAN ASY-SYADZILIY)

Penulis  : H Purnawan Buchori ( Kaak Pur )
Penerbit : Pondok PETA Tulungagung.