20.11.22

Hizib Bahri.

 Asy Syekh Abil Hasan asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa yang halus dan indah, di samping kekayaan berupa khazanah hizibhizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah hizib Bahri dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan kaum muslimin di seluruh dunia, terlebih para ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy Syekh.

Hizib Bahri, yang artinya hizib yang diterima asy Syekh Abil Hasan asy Syadzily langsung dari Rosululloh SAW berkaitan dengan keadaan lautan yang tidak ada anginnya. Sejarah diterimanya hizib Bahri, sebagai berikut :

Pada waktu itu, asy Syekh Abil Hasan tengah melakukan perjalanan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu, di antaranya, harus menyeberangi laut Merah. Untuk menyeberangi lautan itu, sedianya beliau akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama Nasrani. Orang itu juga akan berlayar, walaupun berbeda tujuan dengan asy Syekh. Akan tetapi, keadaan laut pada waktu itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga perjalanan pun menjadi tertunda. Sampai akhirnya, pada suatu hari, asy Syekh bertemu dengan baginda Rosululloh SAW. Dalam perjumpaan itu, Rosululloh SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri secara imla' (dikte) kepada asy Syekh.

Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari Rosululloh SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itu pun tidak mau menuruti perintah asy Syekh. Namun, asy Syekh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. “Ayo berangkat dan jalankan perahumu! Sekarang angin sudah waktunya datang,” ucap asy Syekh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahu pun akhimya bisa berjalan. Singkat cerita, alkisah, kemudian si Nasrani itu pun lalu menyatakan masuk Islam.

Berkata Syekh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahri ini sudah di gelar di permukaan bumi. Bendera hizbul Bahri sudah berkibar dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul Bahri mengandung Ismullohil A'dhom dan beberapa rahasia yang sangat agung. Sehingga ada riwayat dari Syekh Abil Hasan, yang mengatakan, 'Seandainya hizibku ini (yakni hizbul Bahri) dibaca di Baghdad, niscaya negeri itu tidak akan direbut oleh musuh'.”

Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib asy Syekh, pada saat menjelang akhir hayat beliau, asy Syekh telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka maksudnya para murid thoriqot Syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri. Namun, untuk mengamalkan hizib ini seyogyanya harus melalui talqin atau ijazah dari seorang guru yang memiliki wewenang untuk mengajarkannya. Hal ini merupakan adabiyah atau etika di lingkungan dunia thoriqot.

Diambil dari buku
“MANAQIB SANG QUTHUB AGUNG”
(SULTHONUL AULIYA' SYEKH ABUL HASAN ASY-SYADZILIY)
Penulis  : H Purnawan Buchori ( Kaak Pur )
Penerbit : Pondok PETA Tulungagung.