26.11.22

Komentar Mbah Raden Fattah Mangunsari

  Pada suatu hari, Mbah Kyai Raden Abdul Fattah, Mangunsari, mengatakan kepada Syekh Mustaqim, " Qim, aku sing 'edan', kowe sing 'gendheng'." Dari kalimat yang beliau ucapkan itu tersirat bahwa beliau berdua adalah sama-sama mengalami keadaan jadzab billah. Namun, secara lahiriyah beliau berdua memiliki khaliyah atau prilaku yang berbeda. Mbah Raden memiliki khaliyah yang diyakini masyarakat bahwa itu merupakan tanda-tanda beliau sebagai seorang waliyulloh. Kemasyhuran beliau sebagai seorang waliyulloh tampak jelas di mata masyarakat, sampai-sampai masyarakat menyebut beliau dengan julukan 'Mbah Wali Fattah'.

Sementara itu, tanda-tanda kewalian Syekh Mustaqim sangat sulit dibaca. Hal ini karena beliau adalah seorang yang sangat pendiam, sederhana, dan
suka merendahkan diri. Selain itu, beliau juga sangat jarang tampak karomah beliau yang bersifat khoriqul 'adah. Karomah beliau justru tampak dari prilaku atau khaliyah beliau berupa akhlaqul karimah, seperti sabar, qona 'ah, tawadlu ', dan ikhlas. Di samping itu, seorang waliyulloh tergolong sebagai waly yang masyhur (terkenal) maupun mastur (tersembunyi) itu adalah
merupakan hak prerogatif Alloh SWT.