Mencari Sang Quthub
Pernah, pada suatu ketika Syekh Mustaqim mengutus 7 (tujuh) orang murid terkemuka beliau yang beliau tugaskan untuk mencari keterangan siapakah Wali Quthub pada zaman itu. Ke tujuh orang itu ialah:
- Mbah H. Husin,
- Mbah H. Ahmad Sirri,
- Mbah H. Syamsul Bahrun,
- Mbah Slamet Muh. Nur,
- Mbah Mubin,
- Mbah Umar, dan
- Mbah Kyai Khasbullah.
Selanjutnya ketujuh murid beliau itu, di tempat dan waktu yang berbeda masing - masing dengan caranya sendiri-sendiri, melakukan ' petualangan ruhani' ke seluruh penjuru alam ghaib. Setelah selesai 'Tim Tujuh' itu melakukan ‘searching', mereka pun secara bersama-sama, segera menghadap Syekh Mustaqim untuk melaporkan hasil 'pengembaraan' mereka. Ternyata mereka masing-masing menyampaikan hasil yang sama, yaitu mereka belum berhasil bertemu dengan Quthubuz Zaman pada era itu. Karena belum berhasil, maka oleh Syekh Mustaqim pun mereka diperintahkan untuk mengulangi 'perjalanan ruhani' itu.
Perjalanan' yang ke dua pun kembali mereka lakukan. Akan tetapi, hasilnya tetap sama. Pada saat melapor kepada Syekh Mustaqim, mereka menyampaikan bahwa mereka masih belum berhasil bertemu dengan insan mulia dimaksud. Setelah itu, beliau lalu memerintahkan agar mereka mengulangi sekali lagi 'pencarian' itu. Maka, 'petualangan' itu pun mereka lakukan lagi untuk yang ke tiga kalinya.
Setelah usai mereka melakukan 'perjalanan' yang ke tiga kalinya ini, mereka bertujuh sempat bertemu. Dalam pertemuan itu, mereka masing-masing memberi isyarat kepada teman-teman mereka bahwa mereka telah berhasil bertemu dengan orang yang mereka cari. Namun, sebagaimana adabiyah seorang murid thoriqot yang dilarang keras menceritakan pengalaman ruhaninya kepada siapapun, kecuali kepada guru atau orang yang telah mendapat mandat dari gurunya, maka mereka pun sama sekali tidak membahas masalah itu. Ketika itu, mereka hanya bersepakat untuk tidak menyebutkan nama sosok mulia itu ketika nanti mereka melapor kepada Syekh Mustaqim
Akhirnya, kepada Syekh Mustaqim, mereka satu per satu menceritakan secara detail pengalaman ruhani mereka bahwa mereka telah bertemu dengan sosok Quthubuz Zaman itu. Syekh Mustaqim menyimak dengan seksama laporan para murid beliau itu satu persatu. Dan, di luar dugaan mereka semua, ternyata Syekh Mustaqim sama sekali tidak menanyakan siapakah nama Quthubuz Zaman yang berhasil mereka temui itu. Padahal, sosok mulia Quthubuz Zaman yang berhasil mereka temui di alam ghaib itu adalah beliau al Waly al Quthub asy Syekh Mustaqim bin Husein, rokhimahulloh.
Terkait dengan derajat dan maqom kedudukan kewalian Syekh Mustaqim, Mbah Mukarrom seorang santri Pondok Pesantren Mojosari, Nganjuk, mengatakan bahwa Mbah Kyai Mustaqim dalam merahasiakan kewalian beliau, jangan sampai ada seorang pun yang mengetahuinya, seakan-akan beliau membenamkannya ke dalam bumi lapis tujuh dan menyembunyikannya di atas langit lapis tujuh. Di kalangan para kyai dan santri pondok Mojosari, Mbah Mukarrom atau lebih populer disapa dengan nama Mbah Irom dikenal sebagai seorang waliyullah. Beliau adalah murid Mbah Kyai Zainuddin bin Moe'min (w1954) yang terkenal pula sebagai seorang waliyulloh yang memiliki derajat yang tinggi.
Berkata Syekh Abdul Djalil Mustaqim, "Yang bisa mengetahui derajat dan maqom kewaliannya Bapak (Syekh Mustaqim) hanyalah para wali yang sederajat dengan beliau."