Selamat Dari Maut.
Peristiwa ini terjadi pada saat asy Syekh sedang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Tulungagung ditemani alm. mas Sabrowi (putera mbah H. Ghozali, Srikaton, Ringinrejo, Kediri) Saat masih di terminal Surabaya, mas Browi meminta kepa ' asy Syekh untuk naik bis yang paling bagus. Oleh asy Syekh Pun dituruti. Kemudian asy Syekh dan mas Browi pun menaiki bis Swadaya yang merupakan bis yang paling bagus pada saat itu,
Ketika perjalanan sampai di terminal Kediri, asy Syekh mengajak turun mas Browi. Terminal atau stanplat kota Kediri waktu itu terletak di dekat alun-alun atau di depan masjid Agung Kediri. Meskipun mengikuti ajakan asy Syekh, namun dalam hati mas Browi timbul sedikit rasa kecewa karena perjalanan ke Tulungagung sebenarnya tinggal sedikit lagi.
Setelah sampai di bawah, asy Syekh hanya mengajak mas Browi nongkrong (Jawa, cangkruk) sambil rokokan. Ketika bis Swadaya yang beliau tumpangi itu akan berangkat, asy Syekh pun dengan berbagai alasan tidak mau naik. Pada giliran bis berikutnya, barulah asy Syekh mengajak mas Browi naik. Yang membuat mas Browi agak dongkol, bis yang berikutnya ini tergolong bis rongsok.
Ketika perjalanan sampai di depan pabrik gula Ngadirejo, para penumpang di bis itu melihat ada keramaian di jalan. Ternyata bis Swadaya yang beliau tumpangi dari Surabaya tadi mengalami kecelakaan dan terbakar hebat. Dalam peristiwa itu, banyak penumpang bis yang mengalami luka bakar bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Salah satu penumpang yang meninggal dunia adalah tetangga desa mas Browi sendiri. Mendengar adanya kecelakaan itu, keluarga mas Browi di rumah pun menjadi kalang kabut karena waktu di terminal Kediri ada yang melihat mas Browi bersama asy Syekh menaiki bis tersebut. Namun, alhamdulillah, pada kenyataannya beliau berdua masih dalam keadaan segar bugar.
Setelah asy Syekh selesai bercerita tentang peristiwa yang terjadi beberapa tahun lampau itu, ayahanda penulis pun mengajukan Pertanyaan ‘nakal’ kepada asy Syekh, “Berarti panjenengan menghindari takdir dong, Yai?” Asy Syekh pun menjawab dengan jawaban yang sangat cerdas, “Ya tidak, kak Musa. Lha wong saya melihat saya tidak ada di dalam bis itu, kok. . . ”