Tiba-Tiba Berada Di Tengah Laut
Peristiwa yang terjadi pada tahun 1977 ini adalah pengalaman pribadi kak Subhan, seorang warga asli pulau Bawean, kabupaten Gresik, Jawa Timur. Di pulau Bawean dia terkenal sebagai seorang pendekar silat yang ulung. Sudah tak terhitung pendekar - pendekar Bawean yang berhasil dia taklukkan. Namun, ternyata hal itu menimbulkan dendam bagi mereka yang dikalahkannya. Akhimya, mereka pun memakai cara lain untuk bisa mengalahkan kak Subhan, yaitu dengan cara memakai ilmu sihir.
Pada suatu hari, tatkala kak Subhan sedang di tengah laut untuk mencari ikan, tiba-tiba datang badai yang sangat dahsyat. Perahu kecil kak Subhan pun terombang-ambing. Ketika itu kak Subhan tidak bisa berbuat banyak. Untuk menyelamatkan diri agar tidak sampai terlempar ke laut, dia hanya bisa memeluk erat-erat tiang layar sambil berdoa.
Saking kerasnya bantingan gelombang laut, sampai-sampai tiang layar pun patah. Melihat hal itu, kak Subhan pun putus asa. Dia merasa bahwa dia pasti akan mati. Namun, aneh bin ajaib, tiba-tiba badai berhenti dengan sendirinya. Laut pun menjadi tenang kembali. Perlahan-lahan kak Subhan melepaskan pelukannya dari tiang layar yang sudah patah tersebut. Seakan-akan baru bangun dari sebuah mimpi buruk, dia lalu melihat-lihat sekelilingnya.
Setengah tidak percaya, pandangan kak Subhan berhenti pada seseorang yang tengah duduk di salah satu ujung perahunya. Orang itu masih muda, badannya agak tinggi dan kurus, wama kulitnya sawo matang, dan rambutnya sedikit agak panjang. Kak Subhan memandangi dalam-dalam pemuda itu seraya membatin, “Siapakah gerangan dia dan dari mana dia datang?” Kak Subhan pun akhirnya bertanya, “Mas, sampeyan itu siapa.” Pemuda itu menjawab, “Saya Abdul Djalil, Tulungagung.” Setelah berkata begitu, tiba-tiba orang itu hilang. Setelah itu, kak Subhan lalu bersumpah, “Demi Alloh, akan aku cari dia, aku akan berguru kepadanya.”
Singkat cerita, kak Subhan kemudian meninggalkan anak, isteti, dan kampung halamannya untuk mencari orang yang telah menolongnya. Perjalanan kak Subhan mencari pemuda itu ternyata tidak mengalami kesulitan. Bagaimana tidak, sesampainya di kota Tulungagung, dia langsung njujug ke perkampungan orang-orang Bawean yang terletak di sekitar pondok PETA Setelah bertatap muka dengan asy Syekh, ternyata memang benar pemuda yang ditemui kak Subhan di tengah laut itu adalah beliau asy Syekh Romo Kyai Abdul Djalil Mustaqim, rokhimahulloh.
Akhimya, kak Subhan pun berguru kepada asy Syekh Dia lalu ikut bersama asy Syekh di pondok PETA selama sekitar 4 tahun. Kak Subhan juga pernah disuruh asy Syekh untuk tinggal di rumah ayahanda selama beberapa bulan untuk melatih silat jamaah Blitar termasuk penulis.