Wafatnya Syeikh Mustaqim
Seperti disampaikan dalam manaqib Syekh Mustaqim, beliau wafat pada hari Ahad, sekitar pukul 19.15 WIB, tanggal 8 Maret 1970 atau bertepatan malam tanggal l Muharram 1390 H
Pada masa berikutnya, hari dan tanggal wafatnya beliau itulah yang dijadikan pedoman peringatan khaul kewafatan beliau setiap tahunnya, yaitu setiap hari Ahad pertama dalam bulan Muharram (Jawa, Sum).
Pada hari ayahanda beliau itu wafat, sejak beberapa hari sebelumnya asy Syekh sudah berada di Jakarta bersama dengan kakak beliau, almaghfurlah Romo K.H. Arif Mustaqim. Kepergian beliau berdua ke Jakarta itu adalah dalam rangka mengurus pendirian IAIN Tulungagung.
Pada detik ruh Syekh Mustaqim keluar dari jasad beliau, bersamaan dengan itu pula asy Syekh merasakan punggung beliau seperti terkena aliran stroom bertegangan tinggi. Hal ini persis seperti yang beliau rasakan tepat enam tahun sebelumnya, yaitu pada saat guru beliau, al Maghfurlah asy Syekh Ajengan Khudlori bin Hasan, wafat pada hari Selasa, tanggal 12 Mei 1964 bertepatan tanggal l Muharam 1384 H.
Asy Syekh dan kakak beliau baru sampai di Tulungagung pada keesokan harinya, yaitu pada saat jenazah mbah Kyai Mustqiem akan dimakamkan. Pada saat prosesi pemakaman Syekh Mustaqim itu, disampaikanlah sambutan atas nama keluarga yang diwakili oleh mbah Kyai Asrori Ibrahim. Dalam sambutan itu, di antaranya, mbah Kyai Asrori menyampaikan wasiat Syekh Mustaqim bahwa pengganti kemursyidan beliau adalah asy Syekh Abdul Djalil Mustaqim, rokhimahulloh. Maka, sejak saat itulah asy Syekh mulai mengemban tanggung jawab sebagai nahkoda pondok PETA sekaligus sebagai seorang guru mursyid ketiga thoriqot agung, yaitu thoriqot Sydziliyah, thoriqot Qodiriyah wan Naqsyabandiyah, dan thoriqot Naqsybandiyah.